RANGKUMAN MAKALAH PERENCANAAN
DARI KELOMPOK 1 – 12
D
I
S
U
S
U
N
Oleh : Pinal Perdananta Ginting (5122131009)
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
Bab I
A. Pembelajaran induktif
Model pembelajaran induktif adalah sebuah pembelajaran yang bersifat langsung tapi sangat efektif untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi dan keterampilan berpikir kritis. Pada model pembelajaran induktif guru langsung memberikan presentasi informasi-informasi yang akan memberikan ilustrasi-ilustrasi tentang topik yang akan dipelajari siswa, selanjutnya guru membimbing siswa untuk menemukan pola-pola tertentu dari ilustrasi-ilustrasi yang diberikan tadi.
Model pembelajaran induktif dirancang berlandaskan teori konstruktivisme dalam belajar. Model ini membutuhkan guru yang terampil dalam bertanya (questioning) dalam penerapannya. Melalui pertanyaan-pertanyaan inilah guru akan membimbing siswa membangun pemahaman terhadap materi pelajaran dengan cara berpikir dan membangun ide. Tingkat keefektifan model pembelajaran induktif ini, jadinya-sangat tergantung pada keterampilan guru dalam bertanya dan mengarahkan pembelajaran, dimana guru harus menjadi pembimbing yang akan untuk membuat siswaberpikir.
- Ciri Strategi Induktif dan Deduktif
Ciri-ciri dari strategi pembelajaran induktif adalah :
- Penekanan pada keterampilan berpikir dan tujuan-tujuan afektif
- Berstruktur rendah
- Penggunaan waktu yang kurang efisien
- Memberi kesempatan yang banyak untuk belajar sewaktu-waktu.
Kelebihan Strategi Pembelajaran Induktif adalah sebagai berikut:
1. Pada strategi pembelajaran induktif guru langsung memberikan presentasi informasi-informasi yang akan memberikan ilustrasi-ilustrasi tentang topik yang akan dipelajari siswa, sehingga siswa mempunyai parameter dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
2. Ketika siswa telah mempunyai gambaran umum tentang materi pembelajaran, guru membimbing siswa untuk menemukan pola-pola tertentu dari ilustrasi-ilustrasi yang diberikan tersebut sehingga pemerataan pemahaman siswa lebih luas dengan adanya pertanyaan-pertanyaan antara siswa dengan guru.
3. Strategi pembelajaran induktif menjadi sangat efektif untuk memicu keterlibatan yang lebih mendalam dalam hal proses belajar karena proses Tanya jawab tersebut.
Kelemahan Model Pembelajaran Induktif adalah sebagai berikut:
- Model ini membutuhkan guru yang terampil dalam bertanya (questioning) sehingga kesuksesan pembelajaran hampir sepenuhnya ditentukan kemampuan guru dalam memberikan ilustrasi-ilustrasi.
- Tingkat keefektifan model pembelajaran induktif ini, jadinya-sangat tergantung pada keterampilan guru dalam bertanya dan mengarahkan pembelajaran, dimana guru harus menjadi pembimbing yang akan untuk membuat siswa berpikir.
- Model pembelajaran ini sangat tergantung pada lingkungan eksternal, guru harus bisa menciptakan kondisi dan situasi belajar yang kondusif agar siswa merasa aman dan tak malu/takut mengeluarkan pendapatnya. Jika syarat-syarat ini tidak terpenuhi, maka tujuan pembelajaran tidak akan tercapai secara sempurna.
- Guru harus menjaga siswa agar perhatian mereka tetap pada tugas belajar yang diberikan, sehingga peran guru sangat vital dalam mengontrol proses belajar siswa.
- Kesuksesan proses belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran induktif bergantung pada contoh-contoh atau ilustrasi yang digunakan oleh guru.
- Pembelajaran tidak dapat berjalan bila guru dan muridnya tidak suka membaca, sehingga tidak mempunyai pilihan dalam proses induktif.
Pemilihan strategi pembelajaran umumnya bertolak dari:
- Rumusan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan,
- Analisis kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang dihasilkan, dan
- Jenis materi pelajaran yang akan dikomunikasikan.
Bab II
Pengertian Pembelajaran Deduktif
Pembelajaran deduktif merupakan imbangan yang sangat dekat bagi model pembelajaran induktif. Keduanya dirancang untuk mengajarkan konsep dan generalisasi, mengandalkan contoh dan bergantung pada keterlibatan guru secara aktif dalam membimbing siswa. Perbedaan terletak pada urutan kejadian selama pembelajaran, keterampilan berpikir, cara memotivasi dan waktu yang diperlukan serta biasanya pada pembelajaran pendekatan deduktif seorang guru harus lebih aktif daripada siswanya. Pembelajaran dilakukan dengan metode ceramah, tanya jawab dan simulasi.
Langkah-langkah dalam strategi deduktif meliputi tiga tahap:
- pengajar memilih pengetahuan untuk diajarkan.
- pengajar memberi pengetahuan kepada peserta didik.
- pengajar memberikan contoh-contoh dan membuktikannya kepada peserta didik. Misalnya, bila diambil contoh untuk pengajaran tentang Listrik, maka pengajar memulai dengan definisi Listrik, Manfaat Listrik, Jenis Arus Listrik, dan dilanjutkan dengan penjelasan Sumber energi Listrik.
Pembelajaran deduktif terdiri dari empat tahap:
- guru mulai dengan kaidah-kaidah konsep (conceot rule) atau pernyataan yang mana dalam pembelajaran diupayakan untuk pembuktiannya,
- guru memberikan contoh-contoh yang menunjukkan pembuktian dari konsep,
- guru memberikan pertanyaan kepada siswa untuk mendapatkan atribut/ciri dan bukan esensi dari konsep-konsep,
- siswa memberikan beberapa kategori dari contoh yang diberikan oleh guru
Ciri-ciri pembelajaran deduktif adalah sebagai berikut :
- Berorientasi pada siswa
- Berstruktur tinggi
- Penggunaan waktu yang lebih efisien.
- Kurang memberi kesempatan untuk belajar sewaktu-waktu
Sintak (contoh) pembelajaran deduktif adalah :
- Menyatakan abstraksi
- Memberi ilustrasi
- Aplikasi
- Penutup
Kelebihan Dan Kelemahan Pembelajaran Deduktif
Kelebihan Pembelajaran Deduktif
- Cara yang mudah untuk menyampaikan isi pelajaran
- Pendekatan ini sesuai untuk digunakan dalam proses pembelajaran, guru memberikan penerangan sebelum memulai pembelajaran.
Kelemahan pembelajaran Deduktif
- Keaktifan siswa dalam mengeplorasikan kemampuan masih terbatas
- Dalam menarik kesimpulan dari konteks umum yang diberikan guru siswa dibatasi konteks tersebut.
Langkah-langkah Pembelajaran Deduktif
- guru mulai dengan kaidah-kaidah konsep (conceot rule) atau pernyataan yang mana dalam pembelajaran diupayakan untuk pembuktiannya,
- guru memberikan contoh-contoh yang menunjukkan pembuktian dari konsep,
- guru memberikan pertanyaan kepada siswa untuk mendapatkan atribut/ciri dan bukan esensi dari konsep-konsep,
- siswa memberikan beberapa kategori dari contoh yang diberikan oleh guru
Contoh penggunaannya pada pembelajaran konsep terdefinisi: Bahan pelajaran : Resistor. Tujuan pembelajaran : “siswa mengetahui komponen Resistor”. Rumusan konsep: “Resistor adalah komponen listrik yang memiliki tahanan yang nilai tahananny dapat dilihat dari kode warnanya”.
Bab III
- Pengertian Analisis Pembelajaran
Analisis Pembelajaran adalah proses menjabarkan perilaku umum menjadi perilaku khusus yang tersusun secara logis dan sistematis, dengan demikian akan tergambar susunan perilaku khusus dari yang awal sampai yang paling akhir. Gagne, Briggs, dan Wager (1988) mengemukakan bahwa tujuan analisis pembelajaran adalah untuk menntukan keterampilan-keterampilan yang akan dijangkau oleh tujuan pembelajaran, serta memungkinkan untuk membuat keputusan yang diperlukan dalam urutan mengajar.
Langkah-langkah melakukan analisis pembelajaran.
- Menuliskan prilaku umum yang ditulis dalam TPU untuk mata pelajaran yang sedang dikembangkan.
- Menuliskan setiap prilaku khusus yang merupakan bagian dari prilaku umum.
- Membuat prilaku khusus kedalam daftar urutan yang logis dari prilaku umum.
- Menambahkan prilaku khusus atau kalau perlu dikurangi
- Setiap prilaku khusus ditulis dalam lembar kartu/ kertas ukuran 3×5 cm.
- Kemudian kartu disusun dengan menempatkannya dalam struktur hirarkhis prosedural,
- Bila perlu ditambah dengan prilaku khusus lain atau dikurangi sesuai kedudukan masing-masing.
- Letak prilaku digambarkan dalam bentuk kotak-kotak di atas kertas lebar sesuai dengan letak kartu yang telah disusun.
- Meneliti kemungkinan hubungan prilaku umum yang satu dengan yang lain atau prilaku khusus yang berada di bawah prilaku umum yang berbeda.
- Memberi nomer urut pada setiap prilaku khusus dimulai dari yang terjauh hingga yang terdekat dari prilaku umum.
- Penomeran ini men Penomeran ini menunjukkan prilaku khusus yang terstruktur herarkhikal harus dilakukan dari bawah ke atas. Sedangkan pemberian nomer urut prilaku khusus yang terstruktur prosedural dapat berlainan dari urutannya dari yang lebih sederhana ke yang lebih kompleks.
- Pemberian nomer urut prilaku-prilaku khusus yang terstruktur pengelompokan dilakukan dengan cara yang sama dengan struktur prosedural.
- Mengkonsultasikan bagan yang telah dibuat dengan teman sejawat untuk mendapatkan masukan antara lain tentang:
Adapun hal-hal yang mesti dilakukan dalam menganalisis materi pembelajaran adalah sebagai berikut:
a). Mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar.
b). Identifikasi jenis-jenis materi pembelajaran
c). Memilih jenis materi yang sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar
Setelah jenis materi pembelajaran teridentifikasi, langkah berikutnya adalah memilih jenis materi tersebut yang sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik.
d). Berorientasi pada kebutuhan peserta didik
e). Berorientasi pada perkembangan peserta didik
f). Masalah absolescence yang menyangkut validitas dan signifikansi isi kurikulum
g). Materi mesti konsisten
Jenis-Jenis Materi Pembelajaran
Jenis-jenis materi pembelajaran dapat diklasifikasi sebagai berikut.
1). Fakta, yaitu segala hal yang bewujud kenyataan dan kebenaran, meliputi nama-nama objek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, nama orang, nama bagian atau komponen suatu benda, dan sebagainya. Contoh dalam mata pelajaran Sejarah: Peristiwa sekitar Proklamasi 17 Agustus 1945 dan pembentukan Pemerintahan Indonesia.
2). Konsep, yaitu segala yang berwujud pengertian-pengertian baru yang bisa timbul sebagai hasil pemikiran, meliputi definisi, pengertian, ciri khusus, hakikat, inti /isi dan sebagainya. Contoh, dalam mata pelajaran Biologi: Hutan hujan tropis di Indonesia sebagai sumber plasma nutfah, Usaha-usaha pelestarian keanekargaman hayati Indonesia secara in-situ dan ex-situ, dsb.
3). Prinsip, yaitu berupa hal-hal utama, pokok, dan memiliki posisi terpenting, meliputi dalil, rumus, adagium, postulat, paradigma, teorema, serta hubungan antarkonsep yang menggambarkan implikasi sebab akibat. Contoh, dalam mata pelajaran Fisika: Hukum Newton tentang gerak, Hukum 1 Newton, Hukum 2 Newton, Hukum 3 Newton, Gesekan Statis dan Gesekan Kinetis, dsb.
4). Prosedur, merupakan langkah-langkah sistematis atau berurutan dalam mengerjakan suatu aktivitas dan kronologi suatu sistem. Contoh, dalam mata pelajaran TIK: Langkah-langkah mengakses internet, trik dan strategi penggunaan Web Browser dan Search Engine, dsb.
5). Sikap atau Nilai, merupakan hasil belajar aspek sikap, misalnya nilai kejujuran, kasih sayang, tolong-menolong, semangat dan minat belajar dan bekerja, dsb.Contoh, dalam mata pelajaran Geografi: Pemanfaatan lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan, yaitu pengertian lingkungan, komponen ekosistem, lingkungan hidup sebagai sumberdaya, pembangunan berkelanjutan.
Prinsip-Prinsip Pengembangan Materi
Prinsip-prinsip yang dijadikan dasar dalam menentukan materi pembelajaran adalah kesesuaian (relevansi), keajegan (konsistensi), dan kecukupan (adequacy).
1). Relevansi artinya kesesuaian.
2). Konsistensi artinya keajegan.
3). Adequacy artinya kecukupan.
- Menjelaskan Pemilihan Materi
Sebelum melaksanakan pemilihan bahan ajar, terlebih dahulu perlu diketahui kriteria pemilihan bahan ajar. Kriteria pokok pemilihan bahan ajar atau materi pembelajaran adalah standar kompetensi dan kompetensi dasar. Hal ini berarti bahwa materi pembelajaran yang dipilih untuk diajarkan oleh guru di satu pihak dan harus dipelajari siswa di lain pihak hendaknya berisikan materi atau bahan ajar yang benar-benar menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar. Dengan kata lain, pemilihan bahan ajar haruslah mengacu atau merujuk pada standar kompetensi.
Bab IV
. Konsep Tujuan Pendidikan
Tujuan adalah merupakan komponen utama yang harus diperhatikan dalam pengembangan kurikulum. Zais (1976:297) menegaskan bahwa sebagai komponen dalam kurikulum, tujuan merupakan bagian yang paling sensitif, sebab tujuan bukan hanya akan mempengaruhi bentuk kurikulum tetapi juga secara langsung merupakan fokus dari suatu program pendidikan.
. Tujuan Pembelajaran
Tujuan institusional/goal dan tujuan kurikuler dijabarkan lagi dalam tujuan pembelajaran, tujuan ini lebih konkret dan lebih operasional yang pencapaiannya dibebankan kepada tiap pokok bahasan yang terdapat dalam tiap bidang studi
Fungsi Tujuan
Rumusan tujuan pendidikan yang tepat dapat berfungsi dan bermanfaat dalam kegiatan pengembangan kurikulum, minimal sebagai berikut:
- Tujuan akan menjadi pedoman bagi disainer untuk menyusun kurikulum yang efektif, (Davies: 1976: 73, Pratt, 1980: 145) dengan demikian memberikan arah kepada para disainer kurikulum dalam pemilihan bahan pelajaran, yaitu bahan pelajaran yang menopang tercapainya tujuan pendidikan.
- Tujuan merupakan pedoman bagi guru dalam menciptakan pengalaman belajar (Pratt, 1980: 145)
- Tujuan memberikan informasi kepada siswa apa yang harus dipelajari (Pratt: 145, Davies: 73)
- Tujuan merupakan patokan evaluasi mengenai keberhasilan program (proses belajar mengajar) (Pratt: 145, Daveis: 74)
- Tujuan menyatakan kepada masyarakat tentang apa yang dikehendaki sekolah, apa yang hendak dicapai (Pratt: 145 – 146)
. Klasifikasi Tujuan Pendidikan
Broudy (dalam Zais, 1976: 307) mengemukakan bahwa tujuan pendidikan dapat diklasifikasikan menjadi empat kategore yang saling berkaitan. Pertama, tujuan pendidikan diarahkan pada pencapaian pola nilai utama. Nilai ini merupakan refleksi dari pandangan filsafat, yang berfungsi sebagai mekanisme kontrol terhadap ketiga ciri tujuan pendidikan lainnya.
Kedua tujuan pendidikan menurut Broudy, adalah organisasi sosial yang lebih disukai. Ketiga peranan sosial yang lebih diinginkan, dan keempat gaya hidup yang lebih disenangi. (Zais, 1976:308)
Klasifikasi Tujuan Pembelajaran
Oleh karena sukar menetapkan tingkat suatu tujuan yaitu, apakah itu pada tingkat tujuan pendidikan nasional (aims), atau pada tingkat sekolah, atau ruang kelas, maka Zais (1976: 308-309) mengajukan tiga kategore (fakta, keterampilan, dan sikap) biasa dipakai sebagai cara utama untuk menyusun tujuan kurikulum (goals) dan tujuan pembelajaran (objectives).
Fakta biasanya diartikan sebagai asimilasi yang dapat berupa unit-unit data, opini, atau konsep-konsep yang kompleks. Keterampilan adalah kemampan untuk melakukan sesuatu, termasuk proses seperti membaca, menulis, berpikir, kritis, berkomunikasi dan keterampilan fungsional lainnya. Sikap berkaitan dengan watak yang diinginkan atau perasaan yang timbul dari berbagai rangsangan, termasuk kecenderungan seperti kesukaan atau ketidaksukaan,, berminat atau tidak berminat dan lain-lain.
Bab V
- Pengertian perilaku dan Karakteristik Awal Siswa
1. Perilaku Awal Peserta Didik
Kegiatan menganalisis perilaku awal peserta didik dalam pengembangan pembelajaran merupakan pendekatan yang menerima siswa apa adanya dan menyusun sistem pembelajaran atas dasar keadaan siswa tersebut. Karena itu, kegiatan menganalisis perilaku awal siswa merupakan proses untuk mengetahui perilaku yang dikuasai siswa sebelum mengikuti pembelajaran bukan menentukan perilaku prasyarat dalam rangka menyeleksi siswa sebelum mengikuti pembelajaran atau pelatihan.
Untuk melakukan kegiatan identifikasi perilaku awal peserta didik, maka kita harus mengetahui sumber yang dapat memberikan informasi kepada pendesain instruksional yang antara lain adalah:
1. Siswa, mahasiswa dan yang lainnya
2. orang yang mengetahui kondisi seperti guru dan atasannya.
3. Pengelola program pendidikan yang biasa mengajarkan mata pelajaran.
- Aspek-aspek analisis pada kegiatan identifikasi perilaku awal dan karakteristik awal siswa.
Dalam hal ini ada empat aspek kepribadian peserta didik yang tergolong pada kegiatan identifikasi perilaku dan karakteristik awal peserta didik yaitu:
a. Kemampuan dasar
b. Latar belakang pengalaman
c. Latar belakang sosial
d. Perbedaan individual
- Teknik identifikasi perilaku awal siswa
Teknik untuk mengidentikasi perilaku awal siswa adalah dengan menggunakan kuesioner, interview, observasi dan tes. Subjek yang memberikan informasi diminta untuk mengidentifikasi tingkat penguasaan siswa dalam setiap perilaku khusus melalui skala penelitian (rating scales)
- Karakteristik Peserta Didik
Karakteristik berasal dari kata karakter yang berarti tabiat watak, pembawaan atau kebiasaan yang dimiliki oleh individu yang relatif tetap. Kata “karakter” tersebut berasal dari bahasa Inggris Character bermakna hampir sama dengan sifat, perilaku, akhlak, watak, tabiat dan budi pekerti.
Sedangkan menurut Ron Kurtus, karakter adalah satu set tingkah laku atau perilaku (behavior) dari seseorang sehingga dari perilakunya tersebut, orang akan mengenalnya “ia seperti apa”. Menurutnya karakter akan menentukan kemampuan seseorang untuk mencapai cita-citanya dengan efektif, kemampuan untuk berlaku jujur dan berterus terang kepada orang lain serta kemampuan untuk taat terhadap tata tertib dan aturan yang ada.
- Klasifikasi Karakteristik Peserta Didik
Mengenal karekteristik siswa tersebut misalnya dengan mengklasifikasikan karakteristik siswa yang ada dalam kelas berdasarkan:
- Pribadi lingkungan yang terdiri dari umur, jenis kelamin, keadaan ekonomi, orang tua, kemampuan pra sekolah dan lingkungan tempat tinggal.
- Psikis yang terdiri dari tingkat kecerdasan, perkembangan jiwa anak, modalitas belajar, motivasi, bakat, dan minat
- Manfaat Klasifikasi Karakteristik Siswa
Dengan mengenal karakteristik siswa, maka dapat diketahui kualitas perseorangan dan menjadi petunjuk dalam mengelola strategi pembelajaran manfaat yang lain juga dapat dilihat di antaranya:
Guru dapat memperoleh tentang kemampuan awal siswa sebagai landasan dalam memberikan materi baru dan lanjutan.
Guru mengetahui tentang luas dan jenis pengalaman belajar siswa, hal ini berpengaruh terhadap daya serap siswa terhadap materi baru yang akan disampaikan.
Guru dapat mengetahui latar belakang siswa dan keluarga siswa. Meliputi tingkat pendidikan orang tua, sosial ekonomi, emosional dan mental sehingga guru dapat menyanjikan bahan serta metode lebih serasi dan efisien.
Guru dapat mengetahui tingkat pertumbuhan dan perkembangan dan aspirasi dan kebutuhan siswa.
- Bentuk-Bentuk Karakteristik Perserta Didik.
bentuk-bentuk karakteristik peserta didik yang ada di dalam kelas misalnya:
Pelajaran logis-matematis senang bereksperiman dan mengekplorasikan angka dan pola.
Pelajar musikal bernyanyi, bergumam, memainkan musik dan umumnya bereaksi terhadap musik dan belajar diiringi musik.
Pelajar spatial senang menggunakan visualisasi ketika mengambar, membangun, merancang, dan berkreasi.
Pelajar linguistik senang bermain kata-kata ketika ia membaca, menulis dan berbicara.
Pelajar interpersonal berbagi, membandingkan, bekerja sama, memiliki banyak teman, serta belajar dengan dan dari orang lain.
Pelajar intrapersonal bekerja sendirian di tempatnya sendiri, menciptakan karya yang unik dan orisinal.
Pelajar kinestetik senang bergerak, bersentuhan, menari, berolahraga, membuat prakarya dan belajar melalui gerakan dan sentuhan.
Pelajar natural kecerdasan ini cukup spesifik. Orang yang peka terhadap lingkungan bisa dikategorikan memiliki kecerdasan ini.
- Teknik Identifikasi Karakter dan Perilaku Awal Siswa.
Teknik untuk mengidentifikasi perilaku awal siswa adalah dengan menggunakan kuesioner, interviu, observasi dan tes (pretest). Subjek yang memberikan insformasi diminta untuk mengidentifikasi tingkat pengusaan siswa dalam setiap perilaku khusus melalui skala penilaian (rating scales).
- Manfaat Mengidentifikasi Perilaku dan Karakteristik Awal Siswa
Mengidentifikasi perilaku awal dan karakteristik siswa dalam pengembangan program pembelajaran sangat perlu dilakukan, yaitu untuk mengetahui kualitas perseorangan sehingga dapat dijadikan petunjuk dalam mendeskripsikan strategi pengelolaan pembelajaran. Aspek-aspek yang diungkap dalam kegiatan ini bisa berupa bakat, motivasi belajar, gaya belajar. Kemampuan berfikir, minat, atau kemampuan awal.
Bab VI
- Pengertian tujuan pembelajaran khusus
Tujuan instruksional khusus (TIK) menurut pandangan GBPP Kurikulum 1994 diistilahkan dengan tujuan pembelajaran khusus, menurut pandangan kurrikulum KBK diistilahkan indikator. Kata instruksional dipadankan dengan kata pembelajaran. Padanan tersebut tidak mengurangi pengertian yang dikandungnya. Tujuan instruksional khusus (tujuan pembelajaran khusus, indikator) ialah tujuan yang berisikan tentang pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dimiliki warga belajar setelah mengikuti suatu pembelajaran. Tujuan pendidikan nasional ialah tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa secara nasional, sesuai dengan rumusan tujuan yang terdapat dalam pembukaan UUD 1945 "mencedarkan kehidupan bangsa" dan dituangkan dalam GBHN.Tujuan instruksional khusus (tujuan pembelajaran khusus) muncul dengan upaya perencana pembelajaran/guru/ pengajar. Hal ini disebabkan rumusan tujuan instruksional khusus perubahan pembelajaran tidak ada dalam GBPP Rumusan tujuan instruksional khusus dirumuskan sesuai dengan kebutuhan.
Tujuan instruksional khusus adalah tujuan yang memberikan kriteria tentang:
1) kemajuan belajar warga belajar secara pasti.
2) gambaran kemampuan/keterampilan yang diharapkan.
3) mengembangkan alat evaluasi untuk mengukur efektivitas pengajaran.
4) petunjuk penentuan materi dan teknik pembelajaran.
5) petunjuk bagi warga belajar untuk mempelajari bahan yang akan diujikan.
- Karakteristik tujuan pembelajaran khusus
Karakteristik yang dimiliki tujuan instruksional khusus tergambar pada komponen dan kriteria yang dimilikinya. Komponen dan kriteria itu dijelaskan di bawah ini.
- Komponen
Komponen (bagian-bagian) yang membangun sebuah tujuan instruksional khusus terdiri atas empat komponen. Komponen yang dimaksud ialah ABCD. ABCD singkatan dari Audience, Behavior, Condition dan Degree.
- Audience
Audience, yaitu siswa (warga belajar, peserta didik) yang harus dapat mengerjakan perbuatan yang dirumuskan dalam TPK/TIK (Tujuan Pembelajaran Khusus/Tujuan Instruksional Khusus/ Indikator).Warga belajar berkedudukan sebagai pelaku, yang harus melaksanakan kata kerja operasional yang ditulis dalam tujuan instruksional khusus.
Contoh audience:
- Siswa kelas I SMP
- Peserta penataran
- Peserta penyuluhan.
- Siswa kelas I SMP
- Peserta penataran
- Peserta penyuluhan.
- Behavior
Behavior, yaitu tingkah laku atau kegiatan warga belajar (siswa, peserta didik). Tingkah laku yang diharapkan dapat dikerjakan oleh warga belajar setelah berakhir program pengajaran tertentu. Tingkah laku (behavior) dalam tujuan instruksional khsusus dinyatakan dengan kata kerja operasional, yang menunjukkan ting tingkah laku yang dapat diamati atau dapat diukur.
Contoh behavior :
- dapat menyebutkan dua contoh kata benda
- dapat menuliskan satu definisi kalimat majemuk
- dapat menerangkan komponen TIK/TPK.
- Condition
Condition, yaitu keadaan yang berupa syarat, kondisi yang harus dipenuhi pada saat tingkah laku (kata kerja) dilakukan warga belajar ketika perbuatan tersebut dievaluasi.
Syarat yang menjadi kondisi itu seperti
=> ketentuan: - dengan menggunakan kamus
- dengan menggunakan peta
=> larangan: -tidak bekerja sama
- tidak membuka buku/catatan
=> kebolehan/izin: - sambil mendengarkan radio kaset
- sambil menggunakan naskah.
Contoh condition:
- tanpa melihat buku atau catatan.
- tidak bekerja sama
- tidak diberi tahu teman.
- tidak bekerja sama
- tidak diberi tahu teman.
- Degree
Degree, yaitu tingkat keberhasilan yang harus dipenuhi, standar atau ukuran yang menunjukkan bahwa siswa telah mencapai tujuan khusus. Mencapai tujuan berarti melakukan kata kerja operasional dengan benar. Ada kemungkinan perumus TIK/TPK ada agak segan merumuskan sampai dengan condition dan degree. Padahal condition dan degree akan memberikan penjelasan yang berarti dan akan memberikan informasi lebih baik mengenai tujuan yang hendak dicapai.
Contoh degree:
- dengan tanpa membuat kesalahan
- dengan benar
- dengan tidak salah.
- dengan tanpa membuat kesalahan
- dengan benar
- dengan tidak salah.
- Kriteria
Kriteria berarti ukuran yang menjadi dasar penetap-an sesuatu. Dalam hal ini ukuran petepan tujuan instruksional khusus yang baik. Kriteria TIK/TPK ada empat, yaitu menggunakan istilah yang operasional, berbentuk hasil belajar, berbentuk tingkah laku, dan mengandung satu jenis tingkah laku.
- Syarat – syarat tujuan pembelajaran khusus
Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa, Tujuan Instruksional / pembelajaran Khusus merupakan penjabaran dari Tujuan Instruksional / pembelajaran Umum. Dalam perumusan Tujuan Instruksional/pembelajaran Khusus harus memperhatikan rambu- rambu sebagai berikut.
- Rumusan Tujuan Instruksional Khusus harus merupakan hasil belajar, bukan proses belajar.
- Perangkat Tujuan Instruksional Khusus dalam satu rencana pembelajaran haruslah komprehensif.
- Kemampuan yang dituntut dalam rumusan Tujuan Instruksional Khusus harus sesuai dengan kemampuan siswa.
- Banyaknya Tujuan Instruksional Khusus yang dirumuskan harus sesuai dengan waktu yang tersedia untuk mencapainya.
Bab VII
PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR
A. Pengertian Tes Hasil Belajar
. Ada beberapa istilah yang memerlukan penjelasan sehubungan dengan uraian diatas yaitu test, testing, tester dan testee, yang masing-masing mempunyai pengertian berbeda namun erat kaitannya dengan tes.
- Tes adalah alat atau prosedur yang dipergunakan dalam rangka pengukuran dan penilaian,
- Testing berarti saat dilaksanakannya pengukuran dan penilaian atau saat pengambilan tes
- Tester artinya orang yang melaksanakan tes atau orang yang diserahi untuk melaksanakan pengambilan tes terhadap para responden.
- Testee adalah pihak yang sedang dikenai tes.
Ada beberapa pendapat dari beberapa ahli tentang pengertian tes, menurut Anne Anastasi dalam karya tulisnya yang berjudul Psychological Testing, yang dimaksud dengan tes adalah alat pengukur yang mempunyai standar yang obyektif sehingga dapat digunakan secara meluas, serta dapat digunakan sebagai cara untuk mengukur dan membandingkan keadaan pskis atau tingklah laku individu. Menurut Lee J. Cronbach dalam bukunya berjudul Essential of Psychological Testing, tes merupakan suatu perosedur yang sistematis untuk membandingkan tingkah laku dua orang atau lebih. Sedangkan menurut Goodenough, tes adalah suatu tugas atau serangkaian tugas yang diberikan kepada individu atau kelompok individu, yang dimaksud untuk membandingkan kecakapan satu sama lain.
Dari pengertian dari para ahli tersebut dalam dunia pendidikan dapat disimpulkan bahwa pengertian tes adalah cara yang digunakan atau prosedur yang ditempuh dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, yang memberikan tugas dan serangkaian tugas yang diberikan oleh guru sehingga dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkat laku atau prestasi peserta didik
B. Jenis dan Bentuk Tes Hasil Belajar
Tes merupakan serangkaian soal yang harus dijawab oleh siswa. Dalam hal ini, tes hasil belajar dapat digolongkan kedalam tiga jenis berdasarkan bentuk pelaksanaanya, yaitu (a) tes lisan, (b) tes tulisan, dan (c) tes tindakan atau perbuatan.
Dari segi bentuk soal dan kemungkinan jawabannya tes dibagi menjadi 2 bagian yakni :
1. Tes Essay (uraian)
Tes Essay adalah tes yang disusun dalam bentuk pertanyaan terstruktur dan siswa menyusun, mengorganisasikan sendiri jawaban tiap pertanyaan itu dengan bahasa sendiri.
2. Tes uraian
Tes uraian merupakan tes yang tertua, namun bentuk ini masih digunakan secara luas di Amerika Serikat hingga kini, bahkan merupakan bentuk soal yang yang juga masih digunakan secara luas di bagian-bagian dunia lainnya (Gronlund, 1977).
Tes uraian memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan tes objektif, yaitu:
- Memungkinkan para testi menjawab soal secara bebas sepenuhnya,
- Merupakan tes yang terbaik dalam mengukur kemampuan menjelaskan, membandingkan merangkum, membedakan, menggambarkan, dan mengevaluasi ;
- Merupakan tes yang terbaik untuk mengukur keterampilan mengemukakan pendapat dengan tulisan;
- Memberikan kesempatan bagi siswa untuk meningkatkan kemampuan menulis, mengorganisasikan ide serta berfikir secara kritis dan kreatif ;
- Dapat menggalakan siswa mempelajari secara luas tentang sebagian besar konsep dan menggeneralisasikan;
- Bila dibandingkan dengan bentuk tes yang lain tes uraian relatif lebih mudah membuatnya;
- Secara praktis para siswa tidak mungkin menebak jawaban yang benar; dan
Mungkin lebih sesuai untuk mengukur kemampuan kognitif yang relatif lebih tinggi
2. Tes Objektif
Tes objektif adalah tes yang disusun sedemikian rupa dan telah disediakan alternatif jawabannya. Tes ini terdiri dariberbagai macam bentuk, antara lain ;
- Tes Betul-Salah (TrueFalse)
- Tes Pilihan Ganda (Multiple Choice)
- Tes Menjodohkan (Matching)
- Tes Analisa Hubungan (Relationship Analysis)
Dari segi fungsi tes di sekolah, tes dibedakan menjadi :
1. Tes Formatif
Tes Formatif, yaitu tes yang diberikan untuk memonitor kemajuan belajar selama proses pembelajaran berlangsung. Tes ini diberikankan dalam tiap satuan unit pembelajaran.Manfaat tes formatif bagi peserta didik adalah :
- Untuk mengetahui apakah peserta didik sudah menguasai materi dalam tiap unit pembelajaran.
- Merupakan penguatan bagi peserta didik.
- Merupakan usaha perbaikan bagi siswa, karena dengan tes formatif peserta didik mengetahui kelemahan-kelemahan yang dimilikinya.
- Peserta didik dapat mengetahui bagian dari bahan yang mana yang belum dikuasainya.
2. Tes Summatif
Tes sumatif diberikan dengan maksud untuk mengetahui penguasaan atau pencapaian peserta didik dalam bidang tertentu.Tes sumatif dilaksanakan pada tengah atau akhir semester.
3. Tes Penempatan
Tes penempatan adalah tes yang diberikan dalam rangka menentukan jurusan yang akan dimasuki peserta didik atau kelompok mana yang paling baik ditempati atau dimasuki peserta didik dalam belajar.
4. Tes Diagnostik
Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mendiagosis penyebab kesulitan yang dihadapi seseorang baik dari segi intelektual, emosi, fisik dan lain-lain yang mengganggu kegiatan belajarnya.
C. Ciri-ciri tes yang baik
Menurut arikonto (1992), Sebuah tes yang dapat dikatakan baik sebagai alat pengukur harus memilki persyaratan tes, yaitu memiliki:
1. Validitas
Sebuah tes disebut valid apabila tes tersebut dapat tepat mengukur apa yang hendak diukur. Contoh, untuk mengukur partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar, bukan diukur melalui nilai yang diperoleh pada waktu ulangan, tetapi dilihat melalui: kehadiran, terpusatnya perhatian pada pelajaran, ketepatan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru dalam arti relevan pada permasalahannya.
2. Reliabilitas
Berasal dari kata asal reliable yang artinya dapat dipercaya.Tes dapat dikatakan dapat dipercaya jika memberikan hasil yang tetap apabila diteskan berkali-kali.Sebuah tes dikatakan reliabel apabila hasil-hasil tes tersebut menunjukan ketetapan. Jika dihubungkan dengan validitas, maka: Validitas adalah ketepatan dan reliabilitas adalah ketetapan.
3. Objektivitas
Sebuah dikatakan memiliki objektivitas apabila dalam melaksanakan tes itu tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhi.hal ini terutama terjadipada sistem scoringnya. Apabila dikaitkan dengan reliabilitas maka objektivitas menekankan ketetapan pada sistem scoringnya, sedangkan reliabilitas menekankan ketetapan dalam hasil tes.
4. Prakitikabilitas
Sebuah tes dikatakan memiliki praktibilitas yang tinggi apabila tes tersebut bersifat praktis dan mudah pengadministrasiannya.tes yang baik adalah yang: mudah dilaksanakan, mudah pemeriksaannya, dan dilengkapi dengan petunjuk-petunjuk yang jelas.
5. Ekonomis
Yang dimaksud ekonomis disini ialah bahwa pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan ongkos atau biaya yang mahal, tenaga yang banyak, dan waktu yang lama.
D. Langkah – langkah Pengembangan Tes Hasil Belajar
Ada enam tahap dalam merencanakan dan menyusun tes agar diperoleh tes yang baik,yaitu:
1) Pengembangan spesifikasi tes
Spesifikasi tes adalah suatu ukuran yang menunjukkan keseluruhan kualitas tes dan ciri-ciri yang harus dimiliki oleh tes yang akan dikembangkan. Hal yang perlu diperhatikan adalah :
- Menentukan tujuan, tujuan pembelajaran yang baik hendaklah berorientasi kepada peserta didik, bersifat menguraikan hasil belajar, harus jelas dan dapat dimengerti, mengandung kata kerja yang jelas (kata kerja operasional), serta dapat diamati dan dapat di ukur.
- Menyusun kisi-kisi soal, penyusunan kisi-kisi soal bertujuan untuk merumuskan setepat mungkin ruang lingkup, tekanan dan bagian-bagian tes sehingga perumusan tersebut dapat menjadi petunjuk yang efektif bagi penyusun tes.
- Memilih tipe soal, dalam memilih tipe soal perlu diperhatikan kesesuaian antara tipe soal dengan materi, tujuan evaluasi, skoring, pengelolaan hasil evaluasi, penyelenggaraan tes, serta ketersediaan dana dan kepraktisan.
- Merencanakan tingkat kesukaran soal, untuk soal objektif dapat diketahui melalui uji coba atau dapat juga diperkirakan berdasarkan berat ringannya beban penyeleaian soal tersebut
- Merencanakan banyak soal
- Merencanakan jadwal penerbitan soal
2) Penulisan soal
3) Penelaahan soal, yaitu menguji validitas soal yang bertujuan untuk mencermati apakah butir-butir soal yang disusun sudah tepat untuk mengukur tujuan pembelajaran yang sudah dirumuskan, ditinjau dari segi isi/materi, kriteria dan psikologis.
4) Pengujian butir-butir soal secara empiris, kegiatan ini sangat penting jika soal yang dibuat akan dibakukan.
5) Penganalisisan hasil uji coba.
6) Pengadministrasian soal
Bab VIII
- Pengertian Strategi Pembelajaran
- Hamzah B. Uno (2008:45)
Strategi pembelajaran merupakan hal yang perlu diperhatikan guru dalam proses pembelajaran.
- Dick dan Carey (2005:7)
Strategi pembelajaran adalah komponen-komponen dari suatu set materi termasuk aktivitas sebelum pembelajaran, dan partisipasi peserta didik yang merupakan prosedur pembelajaran yang digunakan kegiatan selanjutnya.
- Suparman (1997:157)
Strategi pembelajaran merupakan perpaduan dari urutan kegiatan, cara mengorganisasikan materi pelajaran peserta didik, peralatan dan bahan, dan waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.
- Hilda Taba
Strategi pembelajaran adalah pola atau urutan tongkah laku guru untuk menampung semua variabel-variabel pembelajaran secara sadar dan sistematis.
- Gerlach dan Ely (1990)
Strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan metode pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu.
- Kemp (1995)
Stategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien
- Pengembangan Strategi Pembelajaran
Pengembangan strategi pembelajaran merupakan hal yang penting setelah pendukung yang lain, dalam upaya mewujudkan pembelajaran yang dilaksanakan lebih secara mandiri oleh siswa itu sendiri,kompetitif dan bertanggungjawab.Strategi pembelajaran yang dimaksud atau yang dikembangkan diharapkan dapat membantu para guru/pengajar untuk dapat mencapai tujuan belajar yang direncanakan. Selama ini pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru/pengajar kebanyakan hanya menekankan penyampaian pembelajaran.
- Komponen Strategi Pembelajaran
- Urutan Kegiatan Instruksional
Komponen Pendahuluan :
- Penjelasan singkat isi materi
Pada permulaan pembelajaran, peserta didik ingin segera mengetahui apa yang akan dipelajarinya.
- Relevansi materi dengan pengalaman peserta didik yang akan lebih cepat mempelajari hal baru bila sesuatu yang akan dipelajarinya itu dikaitkan dengan sesuatu yang telah diketahuinya.
- Penjelasan tujuan pembelajaran
Tujuan instruksional berisi kemampuan yang akan dicapai peserta didik pada akhir proses belajarnya.
Komponen Penyajian :
- Uraian
Adanya penjelasan tentang materi pelajaran atau konsep, prinsip, dan prosedur yang akan dipelajari peserta didik.
- Contoh
Benda atau kegiatan yang terdapat dalam kehidupan peserta didik sebagai wujud dari materi yang sedang diuraikan.
- Latihan
kegiatan peserta didik dalam rangka menerapkan konsep, prinsip, atau prosedur yang sedang dipelajarinya ke dalam praktik yang relevan dengan pekerjaan atau kehidupannya sehari-hari.
Komponen Penutup :
- Tes formatif dan umpan balik
Satu set pertanyaan untuk dijawab atau seperangkat tugas untuk dilakukan untuk mengukur kemajuan belajar mahasiswa setelah menyelesaikan suatu tahap pelajaran.
- Tindak lanjut
Kegiatan yang dilakukan mahasiswa setelah melakukan tes formatif dan mendapatkan umpan balik.
- Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran berfungsi sebagai cara dalam menyajikan (menguraikan, memberi contoh, dan memberi latihan) isi pelajaran kepada mahasiswa untuk mencapai tujuan tertentu. Macam-macam metode pembelajaran :
- Metode Ceramah
- Metode Demonstrasi
- Metode Penampilan
- Metode Diskusi
- Metode Studi Mandiri
- Metode kegiatan pembelajaran terprogram
- Metode latihan dengan teman
- Metode Simulasi
- Metode sumbang saran atau pendapat
- Metode Studi Kasus
- Metode Computer Assisted Learning (CAL)
- Metode Praktikum
- Metode Insiden
- Metode Proyek
- Metode Bermain Peran
- Metode Seminar
- Metode Simposium
- Metode Tutorial
- Metode Deduktif
- Metode Induktif
- Pertimbangan dalam memilih media
- Biaya yang lebih murah, baik pada saat pembelian maupun perawatan.
- Kesesuaiannya dengan metode pembelajaran
- Kesesuaian dengan karakteristik peserta didik.
- Pertimbangan praktis ( mudah dibawa, aman, daya tahan dan kemudahan perbaikan)
- Ketersediaan media tersebut berikut suku cadangnya di pasaran serta ketersediaannya bagi peserta didik.
- Waktu
Komponen terakhir dalam strategi pembelajaran adalah waktu, yaitu jumlah waktu dalam menit yang dibutuhkan oleh pengajar dan peserta didik untuk menyelesaikan setiap langkah pada urutan kegiatan pembelajaran.
D. Langkah Pengembangan Strategi Pembelajaran
a. Langkah pertama mengembangkan strategi pembelajaran adalah mengidentifikasi urutan pengajaran dan mengelola kelompok konten/materi dengan menggunakan analisis pembelajaran, mulai dari kemampuan tingkat rendah dan berlanjut secara hirarkhis.
b. Kedua, ketika pembelajaran meliputi penggunaan beberapa peralatan atau peralatan tunggal.
c. Ketiga, ketika kebosanan menjadi hasil akhir dari perkiraan, kelelahan, langkah demi langkah urutan. Jika ini terjadi, lebih baik mengorbankan beberapa kecakapan dari urutan ideal dan menghentikannya kemudian menggantikannya dengan minat dan motivasi.
d. Keempat, Pembelajaran berkelompok langkah ini berhubungan dengan ukuran pengelompokan materi yang akan disajikan dalam pembelajaran.
Anda harus mempertimbangkan lima faktor berikut ketika menetapkan jumlah informasi yang akan disajikan:
1. Tingkat usia para pembelajar
2. Kompleksitas materi pembelajaran
3. Tipe belajar yang akan diadakan
4. Aktivitas belajar yang dapat memfokuskan pada penugasan
e. Kelima,Besarnya waktu yang dibutuhkan Desainer sering mengarahkan pengelompokan belajar pada dua atau tiga hari kerja atau dalam semester.
Bab IX
1. Garis-Garis Besar Program Pengajaran
Suparman (2001) Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP) atau course outlines adalah rumusan tujuan dan pokok-pokok isi mata kuliah. Yang didalamnya tertulis komponen-komponen sebagai berikut:
- Tujuann Instuksional Umum
- Tujuan Instuksional Khusus
- Topik atau pokok bahasan
- Estimasi waktu yang dibutuhkan pengajar dalam mengajarkan materi perkuliahan untuk setiap sub pokok bahasan.
- Sumber kepustakaan
- Deskripsi singkat
- Tujuan Instruksional Umum
Tujuan Instruksional Umum (TIU) terjemahan dari “general instructional objective” atau sering disebut “ Instructional goal” atau “terminal objective” (tujuan akhir). Tujuan berisi kompetensi-kompetensi umum yang diharapkan dikuasai, didemonstrasikan setelah menyelesaikan suatu mata kuliah.
- Tujuan Instruksional Khusus
Tujuan Instruksional Khusus (TIK) merupakan terjemahan dari “specific instuctional objective” acapkali disebut “instuctional objective” atau “enbling objective” atau sub objective. Kadang-kadang TIK disebut juga sebagai sasaran belajar (sasbel) atau tujuan pembelajaran. Kompetensi-kompetensi khusus tersebut merupakan uraian atau jabaran dari kompetensi umum atau TIU.
- Topik atau pokok bahasan
Materi atau topik merupakan judul yang mencerminkan isi atau materi perkuliahan yang konsisiten dengan setiap TIK.
- Sub pokok bahasan
Sub pokok bahasan atau aub topik adalah sub yang mencerinkan rincian materi kuliah yang konsisiten dengan pokok bahasan.
- Deskripsi Singkat
Deskripsi singkat suatu paragraf pernyataan yang mengandung keseluruhan isi mata kuliah. Pernyataan ini merupakan rangkuman dari pokok bahasan dan sub pokok bahasan dalam mata kuliah.
- Estimasi waktu yang dibutuhkan pengajar dalam mengajarkan materi perkuliahan yang relevan dengan setiap sub pokok bahasan.
- Sumber yang disarankan
Sumber kepustakaan adalah buku-buku atau sumber materi yang digunakan dalam setiap pokok bahasan. Sedangkan teknik penulisannya disesuaikan dengan tata tulis karya ilmiah dalam keputusan pemerintah.
1.2. Menulis Tujuan Instruksional Umum
Tujuan instriksional umum (TIU) terjemahan dari general instructional objective atau sering pula disebut instructional goal atau terminal objective (tujuan akhir).
Suparman (1995) TIU berisi komponen-komponen umum yang diharapkan dapat dikuasai, didemonstrasikan, atau ditampilkan oleh peserta didik atau peserta pelatihan setelah menyelesaikan suatu mata kuliah. Itulah sebabnya tujuan ini disebut juga penampilan (performance objective).
1.3. Menulis Tujuan Instruksional Khusus
Tujuan instruksional khsusus (TIK) terjemahan dari specific instructional objective kadang –kadang disebut sasaran belajar atau tujuan pembelajaran. Di dalamnya terkandung kompetensi khsusus ysng akan dicapai mahasiswa setelah mengikuti mata kuliah tersebut.
Suparman (2001) kompetensi-kompetensi khusus merupakan uraian atau jabaran dari kpmpetensi umum yang ada dalam TIU. Proses penjabaran kompetensi umum menjadi kompetensi khusus disebut analisis intruksional. Proses ini sama dengan proses analisis tugas. Dalam proses analisis instruksional inilah kita akan menjumpai kesulitan bila TIUnya menggunakan kata kerja yang tidak operasional, seperti memahami atau menguasai penelitian eksperimen, menjadi kompetensi yang lebih khusus, karena kompetensi umum tersebut dapat berarti melakukan penelitian eksperimen atau dapat pula berarti menjelaskan konsep, prinsip, dan prosedur penelitian eksperimen atau yang lain.
Contoh kopetensi umum dalam kawasan kognitif adalah:
- Menjelaskan pengertian ekologi sebagai suatu sistem (dalam mata kuliah kependudukan dan lingkungan hidup)
- Merumuskan masalah penelitian (dalam mata kuliah penelitian)
- Menilai aspek produksi perusahaan (dalam mata kuliah perkreditan dalam perbankan)
- Mengidentifikasi gejala gangguan kamtibmas (dalam mata kuliah kamtibmas kepolisian)
Contoh kompetensi khusus dalam kawasan psikomotor
- Melakukan gerakan melayang diudara (dalam mata kuliah lompat jauh)
- Melakukan gerakan pengambilan nafas kearah kanan dan kiri (dalam mata kuliah renang)
- Memotret gambar dengan long-shot (dalam mata kuliah fotografi)
- Menggunakan kran buret (dalam mata kuliah kimia)
Contoh kompetensi khusus dalam kawasan afektif
- Mekukan sembahyang secara teratur dalam mata kuliah pendidikan agama)
- Mencantumkan buku sumber yang digunakan dalam setiap tulisannya (dalam mata kuliah peneitian)
- Menbaca buku-buku lain untuk memperdalam pengetahuan X lebih lanjut (dalam mata kuliah X)
- Mneyatakan kekurangan dan kelebihan pendapat teman seprofesi secara positif tanpa melontarkan kritik yang menyakitkan (dalam mata kuliah teknik diskusi)
1.4. Menulis Pokok Bahasan
Pokok bahasan atau topik merupakan judul yang mencerminkan isi atau materi kuliah yang konsisten dengan setiap TIK. Untuk menemukan pokok bahasan ini kita harus membaca unsur objek dalam TIK. Unsur objek dalam TIK menunjukkan pokok bahasan.
Pada umumnya setiap TIK yang dirumuskan dengan baik mengandung satu pokok bahasan. Dalam contoh TIK diatas dapat kita tentukan pokok bahasan sebagai berikut:
- Ekologi sebagai suatu sistem
- Masalah penelitian
- Aspek produksi perusahaan
- Gejala gangguan kamtibmas
- Gerakan melayang diudara
- Pengambilan nafas
- Long-shot
- Kran buret
1.5. Menulis Sub Pokok Bahasan
Sub pokok bahasan mencerminkan rincian materi kuliah yang konsisten dalam pokok bahasan
1.6. Menulis Deskripsi Singkat
Deskripsi singkat adalah suatu paragraf pernyataan yang mengandungbkeseluruhan isi mata kuliah. Pernyataan ini merupakan rangkuman dari pokok bahasan dan sub pokok bahasan dalam mata kuliah.
1.7. Menulis Estimasi Waktu
Estimasi waktu adalah dalam perkiraan waktu dalam satuan menit yang diperlukan pengajar untuk mengajarkan materi pelajaran untuk setiap sub pokok bahasan.
1.8. Menulis Sumber kepustakaan
Sumber kepustakaan adalah buku-buku atau sumber materi yang digunakan dalam setiap pokok bahasan. Teknik penulisannya dimulai dari nama pengarang, judul buku, kota, penerbit, tahun, dan halaman. Untuk memudahkan pihak lain yang ingin memperdalam mata kuliah tersebut lebih lanjut.
2. Satuan Acara Perkuliahan
Setiap mata kuliah memiliki Satuan Acara Pengajaran (SAP) yang merupakan penjabaran secara rinci rencana perkuliahan. Suatu SAP harus memuat unsur –unsur sebagai berikut:
- Kode, nomor, dan nama mata kuliah
- Kedudukan mata kuliah yaitu mata kuliah umum (MKU), mata kuliah dasar keahlian (MKDK) dan mata kuliah keahlian (MKK)
- Semester dan tahun mata kuliah diajarkan
- Bobot kredit
- Tujuan mata kuliah
- Mata kuliah prasyarat (bila mana perlu)
- Nama pengajar
- Waktu dan tempat kuliah
- Rincian acara perkuliahan dan bahan bacaan wajib dan anjuran
- Cara mengevaluasi proses belajar mengajar
Adapun contoh Satuan Acara Pengajaran (SAP) yang sesuai dengan surat keputusan diatas adalah sebagai berikut:
Mata Kuliah :
Kode mata kuliah :
SKS :
Waktu pertemuan : jam/menit
Pertemuan ke :
- TIU
2. TIK
- Pokok bahasan
- Sub pokok bahasan
- Kegiatan belajar mengajar
- Evaluasi
- Referensi
2.1. Kegiatan Belajar Mengajar
Yang dimaksud kegiatan belajar mengajar adalah tahap persiapan atau tahap-tahap kegiatan yang dilakukan pengajar dan mahasiswa untuk menyelesaikan materi kuliah. Dalam hal ini materi kuliah tersebut dibatasi pada pokok bahasan dan sub pokok bahasan yang ada dalam suatu SAP. Tahap kegiatan ini terdiri dari tahap pendahuluan (introduction), tahap penyajian (presentation) dan tahap penutup (test and follow-up). Berikut ini akan diuraikan pengertian setiap tahap tersebut :
Ø Tahap Pendahuluan
Tahap pendahuluan adalah tahap persiapan atau tahap awal sebelum memasuki penyajian materi yang akan diajarkan.
Ø Tahap Penyajian
Tahap penyajian merupakan proses belajar mengajar yang utama dalam suatu pengajaran. Didalamnya tercakup bagianbagian sebagai berikut:
1. Uraian (explanation), baik dalam bentuk verbal maupun non verbal seperti penggunaan grafik, gambar, benda sebenarnya (relia), model, atau demonstrasi.
2. Contoh (example) dan non contoh (Non example) yang praktis dan konkrit dari uraian konsep yang bersifat abstrak.
3. Latihan (exercise) yang merupakan praktek bagi mahasiswa untuk menerapkan konsep abstrak yang sedang dipelajari dalam bentuk kegiatan fisik misalnya kegiatan studi kasus untuk pemecahan masalah, berhitung dengan angka untuk pemecahan soal matematika atau dalam kegiatan praktek melakukan suatu tugas praktikum.
Ø Penutup
Tahap penutup merupakan tahap akhir suatu pengajaran. Tahap ini meliputi 3 kegiatan yaitu:
1. Pelaksanaan tes hasil belajar
2. Umpan balik yang berupa informasi atau hasil tes
3. Tindak lanjut berupa petunjuk tentang apa yang harus dilakukan atau dipelajari mahasiswa selanjutnya, baik untuk memperdalam materi yang telah dipelajari dalam pertemuan perkuliahan maupun untuk mempersiapkan diri mengikuti pertemuan kuliah yang akan datang.
2.2. Media Dan Alat Pengajaran
Media adalah alat yang digunakan untuk menyalurkan isi pelajaran agar dapat dilihat, dibaca atau didengar oleh mahasiswa. Jenis media yang sering digunakan dalam pengajaran adalah buku atau bahan cetak, papan tulis, foto, transparansi, dan OHP. Disamping itu kadang-kadang digunakan flim bingkai (slide) dan slide projector, kaset video set. Fungsi dari media tersebut adalah untuk mengantarkan isi pelajaran kepada mahasiswa. Media itu digunakan dalam pengajaran untuk memungkinkan terjadinya proses belajar mengajar.
2.3. Evaluasi
Evaluasi adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur hasil belajar mahasiswa. Alat ukur tersebut berupa essay tes atau tes objektif, yang bertujuan untuk mengukur penguasaan materi yang telah diterima oleh mahasiswa, baik dalam kawasan kognitif, afektif dan psikomotor.
2.4. Referensi
Referensi adalah buku atau bahan lain yang dijadikan sebagai acuan dalam menyajikan materi dalam SAP.
Bab X
Pengertian SAP
- SAP adalah pedoman/panduan yang memberi arah kepada fasilisator dalam menyajikan materi pelajaran kepada para peserta, dalam kurun waktu tertentu dengan metoda dan alat bantu yang sesuai guna mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan
Manfaat SAP
- Menjadi instrument pengendali dan pembinaan terhadap fasilisator dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran
- fasilisator dan peserta dapat mengetahui proses pembelajaran yang akan berlangsung dan metoda – metoda untuk mencapai tujuan tersebut
Tujuan SAP
- Sebagai pedoman dan arah bagi fasilisator dalam melaksanakan proses kegiatan pembelajaran
Prinsip Penyusunan SAP
- Relevansi
- Efisiensi
- Komprehensif
- Efektivitas
- Kontinuitas
- Fleksibilitas
Relevansi
- Relevan dengan lingkungan hidup peserta didik
- Relevan dengan perkembangan kehidupan masa sekarang dan masa yang akan datang ( kemajuan IPTEK )
- Relevan dengan dunia kerja
Efektivitas
- Efektif mengajar bagi dosen / guru
- Efektif belajar bagi peserta didik
Efisiensi
- Efisien dalam segi waktu , biaya, penggunaan tenaga dan peralatan
Kontinuitas
- SAP memiliki hubungan yang saling terkait antara materi Pokok Bahasan / Sub Pokok bahasan, satu dengan lainnya
Komprehensif
- Semua kegiatan dan komponen dalam SAP merupakan satu kesatuan yang berinteraksi secara terpadu dan harmonis dalam rangka mencapai tujuan pengajaran yang telah dirumuskan.
Fleksibilitas
- SAP tidak boleh kaku, yang disebabkan oleh situasi dan kondisi yang tiba-tiba berubah
Sistematika SAP
- Mata Ajar ( materi )
- Tujuan Materi
- Sasaran Latih
- Waktu
- Tempat
- Metoda
- alat bantu
- Kegiatan
- Evaluasi
- Referensi
Bab XI
- Pengertian Bahan Ajar
Bahan ajar merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru/instruktur untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran.
Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/ instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis.
Bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis baik tertulis maupun tidak sehingga tercipta lingkungan/suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar.Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai
- Prinsip dalam Memilih Bahan Ajar
Prinsip-prinsip dalam pemilihan materi pembelajaran meliputi:
- Prinsip relevansi
Prinsip relevansi artinya materi pembelajaran hendaknya relevan memiliki keterkaitan dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar.
- Prinsip konsistensi
Prinsip konsistensi artinya adanya keterkaitan antara bahan ajar dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Misalnya, kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa empat macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam.
- Prinsip kecukupan
Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang membantu mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan membuang-buang waktu dan tenaga yang tidak perlu untuk mempelajarinya.
- Jenis-Jenis Bahan Ajar
- Bahan ajar pandang (visual) yang terdiri atas bahan cetak (printed) seperti antara lain handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, dan non cetak (non printed), seperti model/market.
- Bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio.
- Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti video campact disk, filem.
- Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material). Seperti CAI (Computer Assistented Instruction), Copack Disk (CD) multimedia pembelajaran interaktif, dan bahan ajar berbasis we (Web based learning materials).
- Langkah-Langkah Pemilihan Bahan Ajar
Secara garis besar langkah-langkah pemilihan bahan ajar meliputi hal-hal sebagai berikut:
- Mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar.
- Identifikasi jenis-jenis materi pembelajaran
- Memilih jenis materi yang sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar
- Menentukan Cakupan dan Urutan Bahan Ajar
- Menentukan Cakupan Bahan Ajar
Dalam menentukan cakupan atau ruang lingkup materi pembelajaran harus diperhatikan apakah jenis materinya berupa aspek kognitif (fakta, konsep, prinsip, prosedur) aspek afektif, ataukah aspek psikomotorik. Selain itu, perlu diperhatikan pula prinsip-prinsip yang perlu digunakan dalam menentukan cakupan materi pembelajaran yang menyangkut keluasan dan kedalaman materinya.
- Menentukan Urutan Bahan Ajar
Urutan penyajian (sequencing) bahan ajar sangat penting untuk menentukan urutan mempelajari atau mengajarkannya. Tanpa urutan yang tepat, jika di antara beberapa materi pembelajaran mempunyai hubungan yang bersifat prasyarat (prerequisite) akan menyulitkan siswa dalam mempelajarinya. Materi pembelajaran yang sudah ditentukan ruang lingkup serta kedalamannya dapat diurutkan melalui dua pendekatan pokok, yaitu: pendekatan prosedural, dan hierarkis. Pendekatan prosedural yaitu urutan materi pembelajaran secara prosedural menggambarkan langkah-langkah secara urut sesuai dengan langkah-langkah melaksanakan suatu tugas. Sedangkan pendekatan hierarkis menggambarkan urutan yang bersifat berjenjang dari bawah ke atas atau dari atas ke bawah.
- Sumber Bahan Ajar
Sumber bahan ajar merupakan tempat di mana bahan ajar dapat diperoleh. Dalam mencari sumber bahan ajar, siswa dapat dilibatkan untuk mencarinya, sesuai dengan prinsip pembelajaran siswa aktif (CBSA). Berbagai sumber dapat kita gunakan untuk mendapatkan materi pembelajaran dari setiap standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sumber-sumber dimaksud dapat disebutkan di bawah ini:
- Buku teks yang diterbitkan oleh berbagai penerbit. Gunakan sebanyak mungkin buku teks agar dapat diperoleh wawasan yang luas,
- Laporan hasil penelitian yang diterbitkan oleh lembaga penelitian atau oleh para peneliti sangat berguna untuk mendapatkan sumber bahan ajar yang atual atau mutakhir,
- Jurnal penerbitan hasil penelitian dan pemikiran ilmiah. Jurnal-jurnal tersebut berisikan berbagai hasil penelitian dan pendapat dari para ahli di bidangnya masing-masing yang telah dikaji kebenarannya,
- Pakar atau ahli bidang studi penting digunakan sebagai sumber bahan ajar yang dapat dimintai konsultasi mengenai kebenaran materi atau bahan ajar, ruang lingkup, kedalaman, urutan, dsb.,
- Profesional yaitu orang-orang yang bekerja pada bidang tertentu. Kalangan perbankan misalnya tentu ahli di bidang ekonomi dan keuangan
- Buku kurikulum penting untuk digunakan sebagai sumber bahan ajar. Karena berdasar kurikulum itulah standar kompetensi, kompetensi dasar dan materi bahan dapat ditemukan. Hanya saja materi yang tercantum dalam kurikulum hanya berisikan pokok-pokok materi.
- Penerbitan berkala seperti harian, mingguan, dan bulananyang banyak berisikan informasi yang berkenaan dengan bahan ajar suatu matapelajaran,
- Internet yang yang banyak ditemui segala macam sumber bahan ajar. Bahkan satuan pelajaran harian untuk berbagai matapelajaran dapat kita peroleh melalui internet. Bahan tersebut dapat dicetak atau dikopi,
- Berbagai jenis media audiovisual berisikan pula bahan ajar untuk berbagai jenis mata pelajaran. Kita dapat mempelajari gunung berapi, kehidupan di laut, di hutan belantara melalui siaran televisi,
- Strategi Dalam Memanfaatkan Bahan Ajar
Secara garis besarnya, dalam memanfaatkan bahan ajar terdapat dua strategi, yaitu:
- Strategi penyampaian bahan ajar oleh guru
- Strategi urutan penyampaian simultan,
- Strategi urutan penyampaian suksesif,
- Strategi penyampaian fakta,
- Strategi penyampaian konsep,
- Strategi penyampaian materi pembelajaran prinsip, termasuk materi pembelajaran jenis prinsip adalah dalil, rumus, hukum (law), postulat, teorema, dsb.
- Strategi penyampaian prosedur.
- Strategi mempelajari bahan ajar oleh siswa
Ditinjau dari guru, perlakuan (treatment) terhadap materi pembelajaran berupa kegiatan guru menyampaikan atau mengajarkan kepada siswa. Sebaliknya, ditinjau dari segi siswa, perlakuan terhadap materi pembelajaran berupa mempelajari atau berinteraksi dengan materi pembelajaran. Secara khusus dalam mempelajari materi pembelajaran, kegiatan siswa dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu :
- Menghafal (verbal parafrase).
Ada dua jenis menghafal, yaitu menghafal verbal (remember verbatim) dan menghafal parafrase (remember paraphrase). Menghafal verbal adalah menghafal persis seperti apa adanya.
2. Menggunakan/mengaplikasikan. Materi pembelajaran setelah dihafal atau dipahami kemudian digunakan atau diaplikasikan. Jadi dalam proses pembelajaran siswa perlu memiliki kemampuan untuk menggunakan, menerapkan atau mengaplikasikan materi yang telah dipelajari.
3. Menemukan. Yang dimaksudkan penemuan (finding) di sini adalah menemukan cara memecahkan masalah-masalah baru dengan menggunakan fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang telah dipelajari.
4. Memilih, di sini menyangkut aspek afektif atau sikap. Yang dimaksudkan dengan memilih di sini adalah memilih untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu.
- Materi Prasyarat, Perbaikan, dan Pengayaan
Dalam mempelajari materi pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar terdapat beberapa kemungkinan pada diri siswa, yaitu siswa belum siap bekal pengetahuannya, siswa mengalami kesulitan, atau siswa dengan cepat menguasai materi pembelajaran. Kemungkinan pertama siswa belum memiliki pengetahuan psyarat. Pengetahuan prasyarat adalah bekal pengetahuan yang diperlukan untuk mempelajari suatu bahan ajar baru. Misalnya, untuk mempelajari perkalian siswa harus sudah mempelajari penjumlahan.
Bab XII
Arti dan Peran Bahan Ajar
Bahan ajar dapat diartikan bahan-bahan atau materi pelajaran yang disusun secara lengkap dan sistematis berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran yang digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Bahan ajar bersifat sistematis artinya disusun secara urut sehingga memudahkan siswa belajar.
Peran Bahan Ajar
Bagi Guru; bahan ajar bagi guru memiliki peran yaitu:
1. Menghemat waktu guru dalam mengajar
Adanya bahan ajar, siswa dapat ditugasi mempelajari terlebih dahulu topik atau materi yang akan dipelajarinya, sehingga guru tidak perlu menjelaskan secara rinci lagi.
2. Mengubah peran guru dari seorang pengajar menjadi seorang fasilitator. Adanya bahan ajar dalam kegiatan pembelajaran maka guru lebih bersifat memfasilitasi siswa dari pada penyampai materi pelajaran.
3. Meningkatkan proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan interaktif. Adanya bahan ajar maka pembelajaran akan lebih efektif karena guru memiliki banyak waktu untuk membimbing siswanya dalam memahami suatu topik pembelajaran, dan juga metode yang digunakannya lebih variatif dan interaktif karena guru tidak cenderung berceramah.
Bagi Siswa; bahan ajar bagi siswa memiliki peran yakni:
1. Siswa dapat belajar tanpa kehadiran/harus ada guru
2. Siswa dapat belajar kapan saja dan dimana saja dikehendaki
3. Siswa dapat belajar sesuai dengan kecepatan sendiri.
4. Siswa dapat belajar menurut urutan yang dipilihnya sendiri.
5. Membantu potensi untuk menjadi pelajar mandiri.
Dalam Pembelajaran Klasikal; bahan ajar memiliki peran yakni:
1. dapat dijadikan sebagai bahan yang tak terpisahkan dari buku utama
2. dapat dijadikan pelengkap/suplemen buku utama.
3. dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.
4. dapat dijadikan sebagai bahan yang mengandung penjelasan tentang bagaimana mencari penerapan, hubungan, serta keterkaitan antara satu topik dengan topik lainnya.
Dalam Pembelajaran Individual; bahan ajar memiliki peran yakni:
1. sebagai media utama dalam proses pembelajaran
2. Alat yang digunakan untuk menyusun dan mengawasi proses siswa memperoleh informasi.
3. penunjang media pembelajaran individual lainnya.
Dalam Pembelajaran Kelompok; bahan ajar memiliki peran yakni:
- sebagai bahan terintegrasi dengan proses belajar kelompok.
- sebagai bahan pendukung bahan belajar utama
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MODUL
a. Arti dan Karakteristik Modul
Sebagai salah satu bahan ajar cetak, modul merupakan suatu paket belajar yang berkenaan dengan satu unit bahan pelajaran. Dengan modul siswa dapat mencapai dan menyelesaikan bahan belajarnya dengan belajar secara individual. Peserta belajar tidak dapat melanjutkan ke suatu unit pelajaran berikutnya sebelum menyelesaikan secara tuntas materi belajarnya. Dengan modul siswa dapat mengontrol kemampuan dan intensitas belajarnya.
Pembelajaran dengan modul memiliki ciri-ciri (Vembriarto, 1985: 27) sebagai berikut:
- Bersifat self-instructional.
Pengajaran modul menggunakan paket pelajaran yang memuat satu konsep atau unit dari bahan pelajaran. Sementara, pendekatan yang digunakan dalam pengajaran modul menggunakan pengalaman belajar siswa melalui berbagai macam penginderaan, melalui pengalaman mana siswa terlibat secara aktif belajar.
2) Pengakuan atas perbedaan-perbedaan individual
Pembelajaran melalui modul sangat sesuai untuk menanggapi perbedaan individual siswa, karena modul pada dasarnya disusun untuk diselesaikan oleh siswa secara perorangan. Oleh karena itu pembelajaran melalui modul, siswa diberi kesempatan belajar sesuai irama dan kecepatan masing-masing.
3). Memuat rumusan tujuan pembelajaran/kompetensi dasar secara eksplisit.
Tiap-tiap modul memuat rumusan tujuan pengajaran/kompetensi dasar secara spesifik dan eksplisit. Hal ini sangat berguna bagi berbagai pihak seperti bagi penyusun modul, guru, dan bagi siswa. Bagi penyusun modul, tujuan yang spesifik berguna untuk menentukan media dan kegiatan belajar yang harus direncanakan untuk mencapai tujuan tersebut. Bagi guru tujuan itu berguna untuk memahami isi pelajaran. Bagi siswa berguna untuk menyadarkan mereka tentang apa yang diharapkan.
4) Adanya asosiasi, struktur, dan urutan pengetahuan
Proses asosiasi terjadi karena dengan modul siswa dapat membaca teks dan melihat diagram-diagram darn buku modulnya. Sedangkan struktur dan urutan maksudnya materi pada buku modul itu dapat disusun mengikuti struktur pengetahuan secara hirarkis. Dengan demikian siswa dapat mengikuti urutan kegiatan belajar secara teratur.
- Penggunaan berbagai macam media (multi media)
Pembelajaran dengan modul memungkinkan digunakannya berbagai macam media pembelajaran. Hal ini dikarenakan karakteristik siswa berbeda-beda terhadap kepekaannya terhadap media. Oleh karena itu dalam belajar menggunakan modul bisa saja divariasikan dengan media lain seperti radio atau televisi.
- Partisipasi aktif dari siswa
Modul disusun sedemikian rupa sehingga bahan-bahan pembelajaran yang ada dalam modul tersebut bersifat self instructional, sehingga akan terjadi keaktifan belajar yang tinggi.
7) Adanya reinforcement langsung terhadap respon siswa
Respon yang diberikan siswa mendapat konfirmasi atas jawaban yang benar, dan mendapat koreksi langsung atas kesalahan jawaban yang dilakukan. Hal ini dilakukan dengan cara mencocokkan hasil pekerjaannya dengan kunci jawaban yang telah disediakan.
8) Adanya evaluasi terhadap penguasaan siswa atas hasil belajarnya
Dalam pembelajaran modul dilengkapi pula dengan adanya kegiatan evaluasi, sehingga darn hasil evaluasi ini dapat diketahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang telah dipelajarinya. Untuk mengetahui siswa berada pada tingkat penguasaan yang mana, dalam suatu modul juga dilengkapi tentang cara perhitungannya dan patokannya.
Karakteristik modul dapat diketahui dari formatnya yang disusun atas dasar:
- prinsip-prinsip desain pembelajaran yang berorientasi kepada tujuan (objective model)
- prinsip belajar mandiri
- prinsip belajar maju berkelanjutan (continuous progress)
- penataan materi secara modular yang utuh dan lengkap (self contained)
- prinsip rujuk silang (cross referencing) antar modul dalarn rnata pelajaran
- penilaian belajar mandiri terhadap kemajuan belajar (self-evaluation).
b. Teknik Pengembangan Modul
Mengembangkan modul berarti mengajarkan suatu mata pelajaran melalui tulisan. Oleh karena itu, prinsip-prinsip yang digunakan dalam mengembangkan modul sama dengan yang digunakan dalam pembelajaran biasa. Bedanya adalah, bahasa yang digunakan bersifat setengah formal dan setengah lisan, bukan bahasa buku teks yang bersifat sangat formal.
Ada tiga teknik yang dapat dipilih dalam menyusun modul. Ketiga teknik tersebut menurut Sungkono, dkk.(2003: 10), yaitu menuulis sendiri, pengemasan kembali informasi, dan penataan informasi:
1. Menulis Sendiri (Starting from Scratch)
Penulis/guru dapat menulis sendiri modul yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Asumsi yang mendasari cara ini adalah bahwa guru adalah pakar yang berkompeten dalam bidang ilmunya, mempunyai kemampuan menulis, dan mengetahui kebutuhan siswa dalam bidang ilmu tersebut.
2. Pengemasan Kembali Informasi (Information Repackaging)
Penulis/guru tidak menulis modul sendiri, tetapi memanfaatkan buku-buku teks dan informasi yang telah ada di pasaran untuk dikemas kembali menjadi modul yang memenuhi karakteristik modul yang baik.
3. Penataan Informasi (Compilation)
Cara ini mirip dengan cara kedua, tetapi dalam penataan informasi tidak ada perubahan yang dilakukan terhadap modul yang diambil dari buku teks, jurnal ilmiah, artikel, dan lain-lain. Dengan kata lain, materi-materi tersebut dikumpulkan, digandakan dan digunakan secara langsung.
c. Komponen-komponen Modul
- Tinjauan Mata Pelajaran
Tinjauan mata pelajaran adalah paparan umum mengenai keseluruhan pokok-pokok isi mata pelajaran yang mencakup:
- Deskripsi mata pelajaran
- Kegunaaan mata pelajaran
- Kompetensi dasar
- Bahan pendukung lainnya (kaset, kit, dll)
- Petunjuk Belajar
- Pendahuluan
Pendahuluan suatu modul merupakan pembukaan pembelajaran suatu modul. Oleh karena itu, dalam pendahuluan seyogyanya memuat hal-hal sebagai berikut:
- Cakupan isi modul dalam bentuk deskripsi singkat
- Indikator yang ingin dicapai melalui sajian materi dan kegiatan modul
- Deskripsi perilaku awal (entry behaviour) yang memuat pengetahuan dan keterampilan yang sebelumnya sudah diperoleh atau seyogyanya sudah dimiliki sebagai pijakan (anchoring) dari pembahasan modal itu.
- Relevansi, yang terdiri atas:
- Keterkaitan pembahasan materi dan kegiatan dalam modul itu dengan mateni dan kegiatan dalam modul lain dalarn satu mata pelajaran atau dalam mata pelajaran (cross reference)
- Pentingnya mempelajari materi modul itu dalam pengembangan dan pelaksanaan tugas guru secara profesional
- Urutan butir sajian modul (kegiatan belajar) secara logis
- Petunjuk belajar berisi panduan teknis mempelajari modul itu agar berhasil dikuasai dengan baik.
Pendahuluan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
- Memenuhi dan merangsang rasa ingin tahu
- Urutan sajian yang logis
- Mudah dicerna dan enak dibaca
- Kegiatan Belajar
Bagian ini merupakan “daging” atau inti dalam pemaparan materi pelajaran. Bagian ini terbagi menjadi beberapa sub bagian yang disebut Kegiatan Belajar. Bagian ini memuat materi pelajaran yang harus dikuasai siswa. Materi tersebut disusun sedemikian rupa, sehingga dengan mempelajari materi tersebu, tujuan yang telah dirumuskan dapat tercapai. Agar materi pelajaran mudah diterima siswa, maka perlu disusun secara sisternatis
4. Rambu-rambu Jawaban latihan
Rambu-rambu jawaban latihan merupakan hal-hal yang harus diperhatikan oleh siswa dalam mengerjakan soal-soal latihan. Kegunaan rambu-rambu jawaban ini adalah untuk mengarahkan pemahaman siswa tentang jawaban yang diharapkan dari pertanyaan atau tugas dalam latihan dalam mendukung tercapainya kompetensi pembelajaran.
5.Rangkuman
Rangkuman adalah inti dari uraian materi yang disajikan pada kegiatan belajar dari suatu modul, yang berfungsi menyimpulkan dan memantapkan pengalaman belajar (isi dan proses) yang dapat mengkondisikan tumbuhnya konsep atau skemata baru dalam pikiran siswa.
Rangkuman hendaknya memenuhi ketentuan:
- Berisi ide pokok yang telah disajikan
- Disajikan secara berurutan
- Disajikan secara ringkas
- Bersifat menyimpulkan
- Dapat dipahami dengan mudah (komunikatif)
- Memantapkan pemahaman pembaca
- Rangkuman diletakkan sebelum tes fonnatif pada setiap kegiatan belajar
- Menggunakan bahasa Indonesia yang baku dan tidak menggunakan kata-kata yang sulit dipahami.
6. Tes Formatif
Pada setiap modul selalu disertai lembar evaluasi (evaluasi formatif) yang biasanya berupa tes. Evaluasi ini dilakukan untuk mengukur apakah tujuan yang dirumuskan telah tercapai atau belum.
. Tes formatif secara prinsip harus memenuhi syarat-syarat:
- Mengukur kompetensi dan indikator yang sudah dirumuskan
- Materi tes benar dan logis, baik dari segi pokok masalah yang dikemukakan maupun dart pilihan jawaban yang ditawarkan
- Pokok masalah yang ditanyakan cukup penting
- Butir tes harus memenuhi syarat-syarat penulisan butir soal
7. Kunci Jawaban Tes Formatif dan Tindak Lanjut
Kunci jawaban tes formatif pada umumnya diletakkan di bagian paling akhir suatu modul. Jika kegiatan belajar berjumlah 2 buah, maka kunci jawaban tes formatif terletak setelah tes formatif kegiatan belajar 2, dengan halaman tersendiri. Tujuannya agar siswa benar-benar berusaha mengerjakan tes tanpa melihat kunci jawaban terlebih dahulu. Lembar ini berisi jawaban dari soal-soal yang telah diberikan. Jawaban siswa terhadap tes yang ada diketahui benar atau salah dapat dilakukan dengan cara mencocokkannya dengan kunci jawaban yang ada pada lembar ini. Tujuannya adalah agar siswa mengetahui tingkat penguasaannya terhadap isi kegiatan belajar tersebut. Di samping itu, pada bagian ini berisi petunjuk tentang cara siswa memberi nilai sendiri pada hasil jawabannya.
d. Pemanfaatan Modul dalam Pembelajaran di Kelas
Pembelajaran dengan sistem modul jika diterapkan untuk pembelajaran secara klasikal, maka siswa akan belajar dalam waktu bersamaan dan untuk melanjutkan ke modul berikutnya juga dapat bersamaan. Kepada siswa-siswa yang selesainya lebih cepat dari pada teman-temannya, maka siswa tersebut akan memperoleh modul pengayaan untuk dipelajarinya dalam sisa waktu yang tersedia. Kemudian setelah itu dilakukan evaluasi yang dapat dikerjakan secara individual maupun secara klasikal.
kumpulan makalah elektro
0 Response to "RANGKUMAN MAKALAH PERENCANAAN PENGAJARAN"
Post a Comment