Laporan Hasil Observasi Instalasi Tegangan Menengah pada Gardu Induk Sei Rotan
D
I
S
U
S
U
N
Oleh
Kelompok IV
Evan Josua Pardosi
Marnata Oloan Putra Rajagukguk
Rachmad Kurniadi
Pinal Perdananta Ginting
PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2015/2016
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur pada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan dan rahmatNya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas observasi mata kuliah Instalasi Tegangan Menengah pada Gardu Induk Sei Rotan.
Tugas observasi ini merupakan salah satu metode perkuliahan yang sangat bermanfaat bagi mahasiswa dalam menguasai materi perkuliahan. Dalam pelaksanaan tugas observasi ini banyak pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan, bimbingan, arahan serta motivasi sehingga tugas observasi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pengasuh mata kuliah Instalasi Tegangan Menengah.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan tugas observasi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk dapat menyempurnakannya kembali. Atas perhatiannya, kami mengucapkan banyak terimakasih.
Medan, April 2016
Kelompok IV
DAFTAR ISI
Kata pengantar ........................................................................................................... i
Daftar isi ....................................................................................................................... ii
BAB I Pendahuluan...................................................................................................... 1
1.1.Latar belakang ……………………………………………………..................................1
1.2.Tujuan Pembuatan Laporan……………………………………………………………. 1
1.2.1. Tujuan Pembuatan Laporan………………………………………………………...1
1.2.2. Tujuan Pelaksanaan Observasi……………………………………………………. 1
1.3.Pembatasan Ruang Lingkup…………………………………………………………… 2
1.3.1. Batasan Masalah………………………………………………………………….. 2
1.3.2. Rumusan Masalah………………………………………………………………… 2
1.4.Teknik Pengumpulan Data……………………………………………………………... 2
BAB II Pembahasan
A. Pengenalan Transmisi dan Gardu Induk………………………………………………. 4
B. Peralatan Gardu Induk………………………………………………………………… 4
C. Pengoperasian Gardu Induk………………………………………………………….. 10
D. Gardu Induk Labuhan…………………………………………………………………11
E. SOP Lokal Pengoperasian Gardu Induk Labuhan…………………………………….12
F. Pemeriksaan……………………………………………………………………………13
BAB III Penutup
A. Kesimpulan……………………………………………………………………………14
B. Saran…………………………………………………………………………………..14
C. Dokumentasi…………………………………………………………………………..14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Energi listrik sangat penting bagi kehidupan masyarakat saat ini dan kebutuhan energi listrik setiap tahunselalu meningkat. Karena masyarakat yang menyadari pentingnya energi listrik untuk keperluan penerangan, transportasi, telekomunikasi, industri dan rumah tangga, untuk membantu aktifitas dan kegiatan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam penyediaan energi listrik terkadang mengalami gangguan, yang dapat merusak peralatan-peralatan listrik pada gardu induk, dan terhentinya pelayanan energi listrik kepada konsumen, oleh karena itu di butuhkan pemeliharan pada peralatan-peralatan listrik supaya beroperasi secara optimal
Pada kesempatan ini, penulis melakukan kerja praktek di PT. PLN (Persero) P3B TRAGI Gardu Induk Sei Rotan. Untuk mengetahui dan mengenal secara langsung peralatan-peralatan listrik di Gardu Induk khususnya mengenai fungsi dan pemeliharaan Transformator.
1.2 Tujuan Pembuatan Laporan
1.2.1. Tujuan Pembuatan Laporan
a. Untuk dapat mengaplikasikan dan mengetahui bidang keilmuan yang didapat di gardu induk kedalam dunia kerja industri.
b. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Instalasi Tegangan Menengah.
c. Sebagai salah satu bentuk latihan, dan untuk menambah wawasan tentang pengoperasian gardu induk
1.2.2. Tujuan Pelaksanaan Observasi
Melalui pendekatan pembelajaran ini peserta diharapkan :
1. Mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dunia kerja yang sesungguhnya.
2. Memiliki tingkat kompetensi standar sesuai yang dipersyaratkan oleh dunia kerja.
3. Dapat menyerap perkembangan teknologi dan budaya kerja untuk kepentingan pengembangan dirinya.
1.3. Pembatasan Ruang Lingkup
1.3.1 Batasan Masalah
Berdasarkan masalah diatas, maka penyusun perlu membatasi ruang lingkup permasalahan yang ada pada Gardu Induk Sei Rotan. Untuk memudahkannya penyusun melakukan identifikasi terutama dalam hal membatasi permasalahan-permasalahan yang ada agar tidak terlalu meluas dikarenakan adanya keterbatasan baik secara internal maupun eksternal.
Adapun batasan masalah yang perlu diambil adalah sebagai berikut :
· Mengetahui Sistem Transmisi Gardu Induk.
· Mengetahui peralatan Gardu Induk.
· Membahas pengoperasian Gardu Induk.
· Membahas perawatan Gardu Induk.
1.3.2 Rumusan Masalah
Adapun kerja praktek yang di lakukan selama ini terdapat beberapa masalah seperti
1. Bagaimana sistem transmisi gardu induk ?
2. Apa-apa saja peralatan pada gardu induki ?
3. Bagaimana cara pengoperasian gardu induk ?
4. Bagaimana cara pemeliharaan gardu induk ?
1.4. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data. Beberapa metode yang dilakukan dalam mengumpulkan data yang diperlukan, yaitu :
1. Interview
Metode ini dilakukan dengan bertanya langsung kepada karyawan/karyawati utamanya kepada pembimbing kami di kantor/yang ada di perusahaan tersebut.
2. Praktek
Dengan praktek, penulis dapat secara langsung melihat kenyaataan yang terjadi pada perusahaan sehingga dapat menarik suatu kesimpulan yang dibuat dalam bentuk laporan kegiatan.
3. Dokumentasi
Data dapat diperoleh dengan cara melihat langsung bukti-bukti atau dokumen-dokumen yang telah ada dan terjadi di perusahaan tersebut.
4. Observasi
Salah satu teknik mengumpulkan data adalah observasi yaitu melalui pengamatan atau penelitian terhadap situasi dan kondisi perusahaan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengenalan Transmisi dan Gardu Induk
Tenaga listrik sangat diperlukan bagi kehidupan, karena hampir seluruh aktivitas manusia berhubungan dengan suplai energi listrik. Oleh karena itu PT. PLN (Persero) sebagai salah satu perusahaan negara yang berhubungan dalam pemenuhan energi listrik di negara kita akan memberikan jumlah dan mutu yang baik kepada masyarakat.
Untuk keandalan penyaluran energi listrik tersebut maka sistem tenaga listrik dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :
· Pembangkitan
Yaitu produksi energi listrik yang dilakukan dalam pusat pembangkit tenaga listrik seperti PLTA, PLTU, dan lain sebagainya.
· Transmisi dan Gardu Induk
Suatu instalasi penyaluran yang berfungsi untuk menyalurkan daya atau tenaga listrik dari Pusat Pembangkit ke Gardu Induk, dari Gardu Induk ke Gardu Induk lainnya, melalui sistem Tegangan Ekstra Tinggi (TET), Tegangan Tinggi (TT), dan Tegangan Menengah (TM).
· Distribusi
Merupakan instalasi tenaga listrik yang menyalurkan tenaga listrik mulai dari gardu induk sampai ke konsumen. Transmisi dan Gardu Induk merupakan sub sistem atau satu kesatuan dari instalasi penyaluran yang terdiri dari susunan dan rangkaian sejumlah peralatan listrik yang dipasang menempati lokasi tertentu untuk menerima dan menyalurkantenaga listrik bisa melalui kawat konduktor (saluran udara) dan bisa melalui kabel (kabel bawah tanah).
B. Peralatan Gardu Induk
Peralatan-peralatan yang terdapat pada gardu induk pada umumnya terdiri dari :
1. Single Line Diagram
Single Line Diagram atau diagram satu garis Gardu Induk adalah bagan kutub tunggal yang menjelaskan sistem kelistrikan pada gardu induk secara sederhana, sehingga mempermudah mengetahui kondisi dan fungsi dari setiap bagian peralatan yang terpasang pada gardu induk tersebut, seperti transformator tenaga, rel daya, pemisah, pemutus tenaga, trafo arus, trafo tegangan, dan lain sebagainya untuk kondisi operasi maupun pemeliharaan.
2. Ligthning Arrester (LA)
Ligthning Arrester adalah alat yang berfungsi untuk mengamankan peralatan instalasi tegangan tinggi dari tegangan lebih akibat adanya sambaran petir (ligthning surge) maupun surja hubung (switching surge).
Alat ini bersifat sebagai isolasi pada keadaan normal dan jika terjadi tegangan lebih akibat sambaran petir maka akan bersifat sebagai penghantar dan mengalirkan muatan tersebut ke tanah sehingga tidak menimbulkan tegangan yang lebih tinggi yang dapat merusak peralatan listrik. Sistem pentanahan harus dipisahkan dari pentanahan, untuk pentanahan dari pengaman petir.
3. Transformator Tenaga
Transformator Tenaga adalah suatu peralatan listrik yang berfungsi untuk menyalurkan daya atau tenaga listrik dari tegangan tinggi menjadi tegangan rendah dan sebaliknya (mentransformasikan tegangan).
Transformator Tenaga terdiri dari beberapa bagian, yaitu :
a. Inti Besi, yang dibuat dari lempengan-lempengan besi tipis berisolasi.
b. Kumparan Transformator, yang terdiri dari kumparan primer dan kumparan sekunder yang diisolasi baik terhadap inti besi maupun antar kumparan.
c. Minyak Transformator, yang digunakan sebagai isolasi dan media pendingin pada transformator.
d. Bushing, yaitu sebuah konduktor yang diselubungi oleh isolator yang berfungsi untuk menghubungkan kumparan transformator ke jaringan luar.
e. Tangki Konservator, yang digunakan sebagai tempat penampungan pemuaian minyak isolasi akibat panas yang timbul pada transformator.
f. Pendingin, peralatan bantu yang digunakan untuk mendinginkan transformator akibat temperatur yang tinggi dengan menggunakan sistem radiator dan kipas-kipas pendingin.
g. Tap Changer (On Load Tap Changer), yaitu alat pengatur tegangan tanpa terjadi pemutusan beban pada transformator.
h. Alat pernafasan, yang biasa digunakan adalah silicagel.
i. Indikator-indikator, seperti thermometer, permukaan minyak, dan peralatan proteksi.
j. NGR (Netral Grounding Resistance) adalah sebuah tahanan yang dihubungkan secara seri dengan titik netral sekunder transformator yang berfungsi untuk memperkecil atau membatasi arus gangguan hubung singkat sehingga nilainya dibawah arus nominal transformator.
4. Transformator Tegangan (Voltage Transformer)
Transformator Tegangan adalah trafo satu fasa yang berfungsi untuk menurunkan tegangan tinggi menjadi tegangan rendah yang dapat diukur dengan voltmeter untuk indikator dan proteksi.
5. Transformator Arus (Current Transformer)
Transformator Arus adalah alat yang berfungsi untuk menurunkan arus besar menjadi arus kecil sehingga dapat untuk pengukuran dan proteksi. Kumparan primer transformator arus dihubungkan secara seri dengan jaringan atau peralatan yang akan diukur arusnya sedangkan kumparan sekunder dihubungkan dengan peralatan meter dan rele proteksi.
6. Pemutus Tenaga (PMT)
Pemutus Tenaga (PMT) adalah alat yang terpasang pada gardu induk yang berfungsi untuk menghubungkan maupun memutuskan peralatan instalasi tegangan tinggi yang dapat di operasikan dalam keadaan berbeban maupun tidak berbeban.
Jenis-jenis penggerak pemutus tenaga (PMT) antara lain mekanik jenis Spring (pegas), mekanik jenis Hidrolik, mekanik jenis Pneumatik, dan mekanik jenis Air Blast ( Udara hembus ).
Jenis-jenis media pemadam busur api pemutus tenaga (PMT) antara lain menggunakan Gas SF6, menggunakan Vacum, menggunakan Udara, dan menggunakan Minyak.
7. Pemisah (PMS)
Pemisah (PMS) adalah alat yang berfungsi untuk memisahkan tegangan pada peralatan instalasi tegangan tinggi dan dapat digunakan untuk menyatakan secara visual bahwa peralatan listrik sudah bebas dari tegangan.
Ada dua macam pemisah (PMS) yaitu :
a. Pemisah Tanah, yang digunakan untuk mentanahkan atau menghilangkan tegangan induksi sisa dari pemutusan.
b. Pemisah Peralatan, yang digunakan untuk memisahkan peralatan listrik dari peralatan lain yang masih bertegangan.
Pemisah tidak diperbolehkan untuk dimasukkan atau dikeluarkan pada rangkaian listrik dalam keadaan berbeban.
1. Wave Trap
Wave Trap adalah suatu alat yang digunakan untuk meredam frekuensi tinggi yang membawa sinyal informasi sehingga tidak dapat mengalir ke peralatan gardu induk dan meneruskan frekuensi jala-jala 50Hz yang membawa energi listrik mengalir ke peralatan gardu induk. Karena wave trap dihubungkan seri dengan konduktor saluran udara tegangan tinggi, maka harus mampu dialiri arus listrik yang sesuai dengan kemampuan arus dari konduktor tersebut.
2. Batere dan Rectifier
Batere adalah alat yang menghasilkan sumber tenaga listrik arus searah (DC) pada gardu induk dari hasil proses kimia. Agar kapasitas batere tetap terjaga (dalam kondisi baik), maka batere dihubungkan dengan Rectifier (Charger).
Rectifier atau Alat Pengisi Batere adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengubah arus bolak - balik (AC) menjadi arus searah (DC) sesuai kapasitas yang dikehendaki (kapasitas batere). Batere berfungsi sebagai sumber tenaga arus DC cadangan dari rectifier untuk menyuplai peralatan kontrol, relay proteksi, motor penggerak PMT dan PMS dan lain sebagainya.
3. Rele Proteksi
Rele proteksi adalah alat yang bekerja secara otomatis untuk mendeteksi adanya suatu gangguan atau ketidaknormalan yang terjadi pada sistem tenaga listrik yang selanjutnya memberi perintah trip (lepas otomatis) kepada pemutus tenaga (PMT).
1. Proteksi pada Penghantar
Proteksi pada penghantar terdiri dari Proteksi Utama dan Proteksi Cadangan.
1. Proteksi Utama
Rele Distance atau Rele Jarak fungsi nya yaitu untuk mengamankan SUTT dari gangguan antar fhasa maupun gangguan hubung tanah,yang bekerja berdasarkan perbandingan nilai impedansi yang di setting pada relay terhadap nilai impedansi dari pengukuran arus (CT) dan pengukuran tegangan (PT), dengan membagi besaran tegangan dan arus, maka impedansi sampai titik terjadinya gangguan dapat ditentukan.
2. Proteksi Cadangan
· Rele OCR (Over Current Relay) adalah rele yang berfungsi untuk mengamankan penghantar terhadap gangguan hubung singkat fasa ke fasa.
· Rele DIRECTIONAL OCR adalah rele yang berfungsi untuk mengamankan penghantar terhadap gangguan hubung singkat fhasa dengan fhasa, dan hanya bekerja pada satu arah saja,karena rele ini dapat membedakan arah arus gangguan.
· Rele GFR (Ground Fault Relay) adalah rele yang berfungsi untuk mengamankan penghantar terhadap gangguan hubung singkat fasa ke tanah.
Selain itu, ada juga proteksi yang digunakan untuk mempertahankan keandalan sistem tenaga listrik, yaitu :
· Rele Penutup Balik (Auto-Recloser) adalah rele yang berfungsi untuk menutup atau memasukkan kembali PMT setelah trip akibat suatu gangguan.
· Under Frekuensi Relay adalah rele yang berfungsi untuk mengamankan penghantar jika terjadi penurunan frekuensi sistem tenaga listrik.
3. Proteksi pada Transformator Tenaga
Proteksi pada Transformator Tenaga berfungsi untuk mencegah kerusakan pada transformator akibat adanya gangguan yang terjadi pada bay transformator, disamping itu diharapkan juga agar dapat berpartisipasi dalam penyelenggaraan selektifitas sistem sehingga hanya melokalisasi gangguan yang terjadi pada bay transformator saja.
Berikut ini adalah jenis peralatan proteksi pada transformator tenaga :
· Rele Bucholz adalah rele yang berfungsi untuk mendeteksi atau mengamankan gangguan di dalam trafo yang dapat menimbulkan gas. Seperti adanya hubung singkat antara fhasa dengan fhasa,lilitan dengan lilitan,fhasa dengan tanah, maupun hubungan kontak yang kurang baik, sehingga dapat menimbulkan busur api.
· Rele Jansen adalah rele yang berfungsi untuk mengamankan ruang dimana tempat terjadinya pengubahan tap changer, disini tidak alarm tetapi langsung memberi perintah trip kepada PMT.
· Rele Sudden Preasure adalah rele yang berfungsi untuk mengamankan transformator terhadap tekanan lebih yang timbul akibat suatu flash over atau hubung singkat yang terjadi di dalam transformator terendam minyak.
· Rele Suhu adalah rele yang berfungsi untuk mendeteksi suhu minyak dan suhu kumparan transformator secara langsung baik kumparan primer maupun kumparan sekunder, yang akan membunyikan alarm dan melepas PMT.
· Rele Differensial adalah rele yang berfungsi untuk mengamankan transformator terhadap gangguan hubung singkat, baik hubung singkat antar kumparan transformator maupun antara kumparan dengan tangki transformator yang terjadi di dalam daerah pengaman transformator.
· Rele Gangguan Tanah Terbatas (Restricted Earth Fault Relay) adalah rele yang berfungsi untuk mengamankan transformator terhadap gangguan
· hubung singkat fasa ke tanah khususnya untuk gangguan di dekat titik netral yang tidak dapat dirasakan oleh rele differensial.
· Rele SBEF (Stand By Earth Fault) adalah rele yang digunakan sebagai cadangan dari rele REF.
4. Proteksi pada Penyulang
Jenis rele proteksi yang terdapat pada penyulang 20 kV adalah sebagai berikut :
· Rele Arus Lebih (Over Current Relay) adalah rele yang berfungsi untuk mengamankan SUTM terhadap gangguan hubung singkat antar fasa.
· Rele Gangguan Tanah (Ground Fault Relay) adalah rele yang berfungsi untuk mengamankan SUTM terhadap gangguan hubung singkat fasa ke tanah.
· Rele Penutup Balik (Auto-Recloser) adalah rele yang berfungsi untuk menutup atau memasukkan kembali PMT setelah trip akibat suatu gangguan.
· Under Frekuensi Relay (UFR) adalah relay yang berfungsi untuk mengamankan SUTM jika terjadi penurunan frekuensi sistem.
C. Pengoperasian Gardu Induk
1. Dalam Kondisi Normal
Kondisi Normal adalah kondisi dimana semua peralatan listrik yang ada pada gardu induk dapat dioperasikan sesuai dengan fungsinya. Pada kondisi ini yang dilakukan operator gardu induk adalah :
Ø Serah terima tugas dengan operator pengganti disertai dengan penjelasan kondisi akhir peralatan instalasi gardu induk.
Ø Memeriksa peralatan secara visual yang kemudian dituangkan dalam format checklist dan melakukan pengisian logsheet.
Ø Memonitor dan mengupayakan tegangan sisi sekunder nominal 20 kV sesuai permintaan Dispatcher UPB dengan mengubah tap changer.
2. Kondisi Gangguan
Kondisi Gangguan adalah kondisi dimana terdapat perubahan status dan fungsi peralatan akibat adanya suatu gangguan. Pada kondisi ini yang dilakukan operator gardu induk adalah :
Ø Mematikan bunyi alarm
Ø Memeriksa dan mengamati perubahan yang terjadi pada panel kontrol dan panel proteksi.
Ø Mencatat jam gangguan, indikasi yang muncul dan rele yang bekerja kemudian di reset.
Ø Apabila gangguan menyebabkan gardu induk padam total, pastikan bahwa tegangan dan arus sudah hilang atau nol dengan melihat parameter pengukuran pada panel kontrol atau koordinasi dengan Dispatcher UPB.
Ø Melaksanakan SOP Gardu Induk yang berlaku.
Ø Melaporkan gangguan dan langkah-langkah yang telah dilakukan kepada Dispatcher UPB.
Ø Melaksanakan instruksi atau perintah dari Dispatcher UPB.
Ø Melaporkan gangguan yang bersifat permanen dan vital kepada Supervisor.
3. Kondisi Pemeliharaan
Kondisi pemeliharaan adalah kondisi dimana peralatan gardu induk diperiksa dan dipelihara untuk menjaga dan mempertahankan keandalan peralatan agar tetap bekerja sesuai dengan fungsinya. Pada kondisi ini yang dilakukan operator adalah :
Ø Memeriksa izin persetujuan pelaksanaan pemeliharaan peralatan dan berkoordinasi dengan Dispatchern UPB.
Ø Memeriksa dan meneliti urutan manuver sesuai SOP.
Ø Melaksanakan evakuasi manuver sesuai SOP berdasarkan perintah Dispatcher UPB.
Ø Memasang dan melepas tagging pada panel kontrol yang sedang dilakukan pemeliharaan.
Ø Mengikuti serah terima pembebasan dan pemberian tegangan.
Ø Menandatangani dokumen K3 pada form 4 dan form 7.
4. Kondisi Darurat (Emergency)
Pada kondisi ini yang dilakukan operator gardu induk adalah :
Ø Membebaskan peralatan gardu induk yang terganggu dari tegangan.
Ø Melaporkan kejadian kepada Dispatcher UPB dan Supervisor GI.
Ø Melakukan evakuasi untuk menyelamatkan diri jika memungkinkan.
D. Gardu Induk Labuhan
Gardu Induk Labuhan adalah gardu induk konvensional yang memiliki rel tunggal (single busbar), dua bay penghantar, dua bay transformator tenaga, dan enam penyulang yang beroperasi. Yang termasuk bay penghantar, yaitu :
· Bay Penghantar Labuhan - Belawan
· Bay Penghantar Labuhan – Lamhotma
Yang termasuk bay transformator tenaga, yaitu :
· Transformator Daya 1 (PAUWELS) 60 Mva yang menyuplai untuk penyulang LB beserta PS.
· Transformator Daya 2 (UNINDO) hanya Emergency.
E. SOP Lokal Pengoperasian Gardu Induk Labuhan
SOP merupakan pedoman dan petunjuk bagi pelaksana manuver dalam mengatasi gangguan listrik pada instalasi yang sedang beroperasi di gardu induk. Manuver pengoperasian dan manuver pembebasan pada instalasi tegangan tinggi, baik secara remote control maupun secara lokal dari gardu induk.
Dilaksanakan dengan saling koordinasi dengan petugas yang terlibat antara lain Dispatcher UPB (Unit Pengatur Beban), Petugas P3 (Piket Pengatur Penyulang) Cabang dan Operator Gardu Induk.
1. SOP Pembebasan Penghantar Transmisi
Persyaratan :
Melapor ke UPB bahwa pelaksanaan pembebasan penghantar siap untuk dilaksanakan.
Perintah manuver dari UPB dan dicatat pada kertas kerja perintah manuver.
Setiap memasukin swicthyard 150 kv dan melaksanakan pemasukan dan pelepasan harus memakai APD.
Langkah - langkah pelaksanaan pembebasan :
1. Pmt 150 Kv dilepas.
2. Pms Bus dilepas.
3. Pms Line dilepas.
4. Pms Ground Dimasukkan.
2. SOP Pemulihan Pada Penghantar Transmisi
Persyaratan :
Melapor ke UPB bahwa pelaksanaan pemberian tegangan penghantar siap untuk dilaksanakan. Perintah manuver dari UPB dan dicatat pada kertas kerja perintah manuver.
Setiap memasukin swicthyard 150 kv dan melaksanakan pemasukan dan pelepasan harus memakai APD.
Langkah - langkah Pelaksanaan Pemulihan :
1. Pms Ground dilepas.
2. Pms Line Dimasukkan.
3. Pms Bus Dimasukkan.
4. Pmt 150 Kv Dimasukkan.
F. Pemeriksaan
Right of Way (ROW) Atau Pemangkasan Pohon Yang Menggangu Jaringan SUTM
Pelaksanaan pemangkasan pohon yang menggangu jaringan Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) atau istilah kerennya Right of Way (ROW) yang dilaksanakan Yantek KP Sukawening.
Tanpa pelaksanaan ROW yang benar, maka satu batang ranting yang terbang mengenai jaringan SUTM dapat menyebabkan trip atau padam yang merugikan ribuan pelanggan dan merugikan petugas PLN sendiri.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan kami tentang kegiatan ini antara lain yaitu :
1. Dapat meningkatkan pengetahuan lebih luas.
2. Dapat memberikan pengalaman sehingga dapat merasakan begaimana keadaan suatu pekerjaan di suatu perusahaan.
3. Observasi tidak terpaku pada suatu pekerjaan, melainkan mencakup beberapa aspek yaitu pendistribusian, pemasangan dan perbaikan material.
4. Dalam pelaksanaan observasi, kami mendapatkan bimbingan langsung dari pihak yang berkepentingan, sehingga kami dapat melaksanakan dengan baik dan benar serta tidak menimbulkan kerugian yang fatal bagi perusahaan.
B. Saran
Dengan adanya jalinan hubungan yang baik antara pihak perusahaan dengan peserta pelatihan akan menumbuhkan kedisiplanan kerja yang terkoordinir dan berkesinambungan. Untuk itu, kami mengharapkan kepada pihak perusahaan untuk menyusun program-program kerja atau rencana-rencana kerja yang akan di laksanakan oleh setiap peserta pelatihan di perusahaan ini, sehingga akan benar-benar terasa manfaatnya dalam melaksanakan praktek di perusahaan.
C. Dokumentasi
kumpulan makalah elektro
0 Response to "LAPORAN HASIL OBSERVASI INSTALASI TEGANGAN MENENGAH PADA GARDU INDUK SEI ROTAN"
Post a Comment