Penerapan Belajar dalam
Konteks Pembelajaran Kognitif
D
I
S
U
S
U
N
Oleh
Evan Josua Pardosi 5123331015
Pinal Perdananta Ginting 5122131009
PENDIDIKAN TEKNIK
ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI
MEDAN
2015/2016
KATA
PENGANTAR
Segala puji dan
syukur pada Yang Maha Kuasa atas limpahan dan rahmatNya sehingga kami dapat
menyelesaikan
tugas makalah ini yang berjudul “Penerapan Belajar dalam Konteks Perkembangan
Kognitif”.
Tugas ini
merupakan salah satu metode perkuliahan yang sangat bermanfaat untuk mengetahui salah
satu materi dalam perkuliahan. Dalam pembuatan tugas ini banyak pihak yang
telah memberikan dukungan, bimbingan, arahan serta motivasi sehingga artikel ini dapat
terselesaikan. Oleh karena itu kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pengasuh
mata kuliah Psikologi Pendidikan.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan
tugas ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu kami berharap kritik dan
saran yang membangun untuk dapat menyempurnakan tugas ini. Atas perhatiannya
kami mengucapkan banyak terimakasih.
Medan, Februari 2016
Kelompok
II
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar................................................................................................................... i
Daftar
Isi........................................................................................................................... ii
BAB
I Pendahuluan
1.1.
Latar Belakang............................................................................................... 1
1.2.
Rumusan Masalah........................................................................................... 1
BAB
II Pembahasan
A.
Pengertian Kognitif.................................................................................... 2
B.
Teori Kognitif Jean Piaget.......................................................................... 2
2.1.
Jean Piaget............................................................................................. 2
2.2.
Teori Perkembangan Piaget................................................................... 3
2.3.
Tahap-Tahap Perkembangan................................................................. 4
C.
Macam-Macam Teori Belajar Kognitif....................................................... 5
D.
Belajar sebagai Proses Kognitif.................................................................. 7
1.
Strategi Pembelajaran Kontekstual.......................................................... 7
BAB
III Penutup
Kesimpulan.......................................................................................................... 10
Daftar
Pustaka..................................................................................................... 12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Teori Jean Piaget tentang perkembangan kognitif memberikan batasan kembali tentang kecerdasan, pengetahuan dan hubungan anak didik dengan lingkungannya.Kecerdasan merupakan proses yang berkesinambungan yang membentuk struktur yang diperlukan dalam interaksi terus menerus dengan lingkungan. Struktur yang dibentuk oleh kecerdasan, pengetahuan sangat subjektif waktu masih bayi dan masa kanak – kanak awal dan menjadi objektif dalam masa dewasa awal.
Perkembangan cara berfikir yang berlainan dari masa bayi sampai usia dewasa meliputi tindakan dari bayi, pra operasi, operasi kongkrit dan opersai formal. Proses dibentuknya setiap struktur yang lebih kompleks ini adalah asimilasi dan akomodasi, yang diatur oleh ekuilibrasi. Piaget juga memberikan proses pembentukan pengetahuan dari pandangan yang lain, ia menguraikan pengalaman fisik atau pengetahuan eksogen, yang merupakan abstraksi dari ciri – ciri dari obyek, pengalaman logis matematis atau pengetahuan endogen disusun melalui reorganisasi proses pemikiran anak didik . Sruktur tindakan, operasi kongkrit dan operasai formal dibangun dengan jalan logis – matematis. Sumbangan bagi praktek pendidikan untuk karya – karya Piaget mengenali pengetahuan yang disosialisasikan dari sudut pandangan anak. Implementasi kurikulum menjadi pelik oleh kenyataan bahwa teorinya tidak memasukan hubungan antara berfikir logis dan pelajaran – pelajaran pokok seperti membaca dan menulis.
- Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :
- Pengertian kognitif
- Tokoh teori kognitif
- Macam-macam teori kognitif
- Belajar sebagai proses kognitif
BAB II
PEMBAHASAN
- Pengertian Kognitif
Kognitif adalah salah satu ranah dalam taksonomi pendidikan. Secara umum kognitif diartikan potensi intelektual yang terdiri dari tahapan : pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehention), penerapan (aplication), analisa (analysis), sintesa (sinthesis), evaluasi (evaluation). Kognitif berarti persoalan yang menyangkut kemampuan untuk mengembangkan kemampuan rasional (akal). Teori kognitif lebih menekankan bagaimana proses atau upaya untuk mengoptimalkan kemampuan aspek rasional yang dimiliki oleh orang lain. Oleh sebab itu kognitif berbeda dengan teori behavioristik, yang lebih menekankan pada aspek kemampuan perilaku yang diwujudkan dengan cara kemampuan merespons terhadap stimulus yang datang kepada dirinya.
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata kognitif. Dari aspek tenaga pendidik misalnya. Seorang guru diharuskan memiliki kompetensi bidang kognitif. Artinya seorang guru harus memiliki kemampuan intelektual, seperti penguasaan materi pelajaran, pengetahuan mengenai cara mengajar, pengetahuan cara menilai siswa dan sebagainya. Akan tetapi apa arti kognitif yang sebenarnya? Lalu apa perkembangan kognitif itu?
- Teori Kognitif Jean Piaget
2.1. Jean Piaget
Jean Piaget (1896-1980), pakar psikologi dari Swiss, mengatakan bahwa anak dapat membangun secara aktif dunia kognitif mereka sendiri. Dalam pandangan Piaget, terdapat dua proses yang mendasari perkembangan dunia individu, yaitu pengorganisasian dan penyesuaian (adaptasi).
Piaget yakin bahwa kita menyesuaikan diri dalam dua cara yaitu asimiliasi dan akomodasi. Asimilasi terjadi ketika individu menggabungkan informasi baru ke dalam pengetahuan mereka yang sudah ada. Sedangkan akomodasi adalah terjadi ketika individu menyesuaikan diri dengan informasi baru.
Jean Piaget dikenal dengan teori perkembangan intelektual yang menyeluruh, yang mencerminkan adanya kekuatan antara fungsi biologi & psikologis ( perkembangan jiwa). Piaget menerangkan inteligensi itu sendiri sebagai adaptasi biologi terhadap lingkungan. Contoh : manusia tidak mempunyai mantel berbulu lembut untuk melindunginya dari dingin; manusia tidak mempunyai kecepatan untuk lari dari hewan pemangsa; manusia juga tidak mempunyai keahlian dalam memanjat pohon. Tapi manusia memiliki kepandaian untuk memproduksi pakaian & kendaraan untuk transportasi. Faktor yang berpengaruh dalam perkembangan kognitif, yaitu :
- Fisik
Interaksi antara individu dan dunia luat merupakan sumber pengetahuan baru, tetapi kontak dengan dunia fisik itu tidak cukup untuk mengembangkan pengetahuan kecuali jika intelegensi individu dapat memanfaatkan pengalaman tersebut.
- Kematangan
Kematangan sistem syaraf menjadi penting karena memungkinkan anak memperoleh manfaat secara maksimum dari pengalaman fisik. Kematangan membuka kemungkinan untuk perkembangan sedangkan kalau kurang hal itu akan membatasi secara luas prestasi secara kognitif. Perkembangan berlangsung dengan kecepatan yang berlainan tergantung pada sifat kontak dengan lingkungan dan kegiatan belajar sendiri.
- Pengaruh Sosial
Lingkungan sosial termasuk peran bahasa dan pendidikan, pengalaman fisik dapat memacu atau menghambat perkembangan struktur kognitif.
- Proses Pengaturan Diri (Ekuilibrasi)
Proses pengaturan diri dan pengoreksi diri, mengatur interaksi spesifik dari individu dengan lingkungan maupun pengalaman fisik, pengalaman sosial dan perkembangan jasmani yang menyebabkan perkembangan kognitif berjalan secara terpadu dan tersusun baik.
2.2. Teori Perkembangan Piaget
Jean Piaget, merancang model yang mendeskripsikan bagaimana manusia memahami dunianya dengan mengumpulkan dan mengorganisasikan informasi. Menurut Piaget seperti yang dikutip Woolfolk (2009) perkembangan kognitif dipengaruhi oleh maturasi (kematangan), aktivitas dan transmisi sosial. Maturasi atau kematangan berkaitan dengan perubahan biologis yang terprogram secara genetik. Aktivitas berkaitan dengan kemampuan untuk menangani lingkungan dan belajar darinya. Transmisi sosial berkaitan dengan interaksi dengan orang-orang di sekitar dan belajar darinya.
2.3. Tahap – Tahap Perkembangan
Piaget membagi perkembangan kognitif anak ke dalam 4 periode utama yang berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahan usia :
- Tahap sensorimotor (usia 0–2 tahun)
- Tahap praoperasional (usia 2–7 tahun)
- Tahap operasional konkrit (usia 7–11 tahun)
- Tahap operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)
- Tahap sensorimotor
Menurut Piaget, bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan selain juga dorongan untuk mengeksplorasi dunianya. Skema awalnya dibentuk melalui diferensiasi refleks bawaan tersebut.
- Tahap praoperasional
Pemikiran (Pra) Operasi dalam teori Piaget adalah prosedur melakukan tindakan secara mental terhadap objek-objek. Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental yang jarang dan secara logika tidak memadai. Dalam tahapan ini, anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata. Anak dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri, seperti mengumpulkan semua benda merah walau bentuknya berbeda-beda atau mengumpulkan semua benda bulat walau warnanya berbeda-beda. Pemikirannya masih bersifat egosentris: anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang lain. Mereka kesulitan memahami bagaimana perasaan dari orang di sekitarnya. Tetapi seiring pendewasaan, kemampuan untuk memahami perspektif orang lain semakin baik. Anak memiliki pikiran yang sangat imajinatif di saat ini dan menganggap setiap benda yang tidak hidup pun memiliki perasaan.
- Tahap operasional konkrit.
Tahap ini muncul antara usia 7 sampai 11 tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang memadai. Proses-proses penting selama tahap operasional konkrit adalah :
- Pengurutan, yaitu kemampuan untuk mengurutan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya.
- Klasifikasi, yaitu kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain.
- Decentering, yaitu anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya.
- Reversibility, yaitu anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal.
- Konservasi, yaitu memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut.
- Penghilangan sifat Egosentrisme, yaitu kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah).
- Tahap operasional formal
Tahap operasional formal adalah perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 11-15 tahun. Ciri pokok tahap yang terahir ini adalah anak sudah mampu berpikir abstrak. Dalam tahap ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Ia tidak melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada “gradasi abu-abu” di antaranya. Dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan perkembangan sosial.
- Macam-Macam Teori Belajar Kognitif
Teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses yang terjadi dalam akal pikiran manusia. Seperti juga diungkapkan oleh Winkel (1996: 53) bahwa “Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif dan berbekas”. Yang termasuk teori belajar kognitif adalah:
- Teori belajar Pengolahan Informasi
Peristiwa pengolahan informasi yang ditangkap oleh seseorang, disimpan secara cepat di dalam sistem penampungan penginderaan jangka pendek. Apabila informasi itu diperhatikan, maka informasi itu disampaikan ke memori jangka pendek dan sistem penampungan memori kerja. Apabila informasi di dalam kedua penampungan tersebut diulang-ulang atau disandikan, maka dapat dimasukkan ke dalam memori jangka panjang.
Terkadang, kita lupa kapan suatu peristiwa terjadi karena informasi di dalam memori jangka pendek tidak pernah ditransfer ke memori jangka panjang. Tapi bisa juga terjadi karena seseorang kehilangan kemampuannya dalam mengingat informasi yang telah ada di dalam memori jangka panjang. Bisa juga karena interferensi, yaitu terjadi apabila informasi bercampur dengan atau tergeser oleh informasi lain.
- Teori belajar Konstruktivisme
Teori belajar konstruktivisme memandang bahwa belajar berarti mengkontruksikan makna atas informasi dari masukan yang masuk ke dalam otak, yang diantaranya:
- Peserta didik harus menemukan dan mentransformasikan informasi kompleks ke dalam adirinya sendiri.
- Peserta didik sebagai individu yang selalu memeriksa informasi baru yang berlawanan dengan prinsip-prinsip yang telah ada dan merevisi prinsip-prinsip tersebut apabila sudah dianggap tidak bisa digunakan lagi.
- Peserta didik mengkontruksikan pengetahuannya sendiri melalui interaksi dengan lingkungannya.
Teori konstruktivisme menetapkan 4 asumsi tentang belajar, yaitu:
- Pengetahuan secara fisik dikonstruksikan oleh peserta didik yang terkibat dalam belajar aktif.
- Pengetahuan secara simbolik dikonstruksikan oleh peserta didik yang membuat representasi atas kegiatannya sendiri.
- Pengetahuan secara sosial dikonstruksikan oleh peserta didik yang menyampaikan maknanya kepada orang lain.
- Pengetahuan secara teoritik dikonstruksikan oleh peserta didik yang mencoba menjelaskan obyek yang tidak benar-benar dipahaminya.
D. Belajar Sebagai Proses Kognitif
Teori kognitif adalah teori yang umumnya dikaitkan dengan proses belajar. Kognisi adalah kemampuan psikis atau mental manusia yang berupa mengamati, melihat, menyangka, memperhatikan, menduga dan menilai. Dengan kata lain, kognisi menunjuk pada konsep tentang pengenalan. Teori kognitif menyatakan bahwa proses belajar terjadi karena ada variabel penghalang pada aspek-aspek kognisi seseorang (Mulyati, 2005)
Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar itu sendiri. Belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon, lebih dari itu belajar melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang bisa diamati.
Dari beberapa teori belajar kognitif diatas (khusunya tiga di penjelasan awal) dapat pemakalah ambil sebuah sintesis bahwa masing masing teori memiliki kelebihan dan kelemahan jika diterapkan dalam dunia pendidikan juga pembelajaran. Jika keseluruhan teori diatas memiliki kesamaan yang sama-sama dalam ranah psikologi kognitif, maka disisi lain juga memiliki perbedaan jika diaplikasikan dalam proses pendidikan.
Sebagai misal, teori bermakna ausubel dan discovery Learningnya bruner memiliki sisi pembeda. Dari sudut pandang Teori belajar Bermakna Ausubel memandang bahwa justeru ada bahaya jika siswa yang kurang mahir dalam suatu hal mendapat penanganan dengan teori belajar discoveri, karena siswa cenderung diberi kebebasan untuk mengkonstruksi sendiri pemahaman tentang segala sesuatu. Oleh karenanya menurut teori belajar Bermakna guru tetap berfungsi sentral sebatas membantu mengkoordinasikan pengalaman-pengalaman yang hendak diterima oleh siswa namun tetap dengan koridor pembelajaran yang bermakna.
- Strategi Pembelajaran Kontekstual (CTL)
Contextual teaching and learning (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.
Dari konsep tersebut ada tiga hal yang harus kita pahami:
- CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi,artinya proses belajar diorientasikan pada prosespengalaman secara langsung.
- CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata.
- CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan,artinya CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya,akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.
Sehubungan dengan hal di atas terdapat lima karakteristik penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL diantaranya :
- Dalam CTL pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada,artinya apa yang dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajarinya,dengan demikian pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitran satu sama lain.
- Pembelajaran kontektual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru.Pengetahuan baru itu diperoleh dengan cara deduktif,artinya pembelajaran dimulai dengan mempelajari secara keseluruhan,kemudian memperhatikan detailnya.
- Pemahaman pengetahuan, artinya pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untuk dipahami dan diyakini,misalnya dengan meminta tanggapan dari yang lain tentang pengetahuan yang diperolahnya dan berdasarkan tanggapan tersebut baru pengetahuan itu dikembangkan.
- Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut. Artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa,sehingga tampak perubahan pribadi siswa.
- Melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan.hal ini dilakukan sebagai umpan balik,untuk proses perbaikan dan penyempurnaan strategi.
CTL sebagai suatu pendekatan pembelajaran memiliki 7 asas. Asas–asas ini yang melandasi pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL, ketujuh asas tersebut antara lain :
- Konstruktivisme
Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognisi siswa berdasarkan pengalaman. Menurut konstruktivisme, pengalaman itu memang bersala dari luar, akan tetapi dikontruksi oleh dan dari dalam diri seseorang.
- Inkuiri
Asas kedua dalam pembelajaran kontekstual adalah inkuiri. Artinya, proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis.
- Bertanya
Belajar pada dasarnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya dapat dianggap sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu,sedangkan menjawab pertanyaam mencerminkan kemampuan sesorang dalam berpikir.
- Masyarakat belajar
Dalam CTL penerapan masyarakat belajar dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya bersifat heterogen baik dilihat dari kemampuan belajar dan kecepatan belajarnya.
- Pemodelan
Pemodelan adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Misalnya guru memberikan contoh bagaimana cara melafalkan sebuah kalimat asing.guru olahraga memberikan contoh bagaimana cara melempar bola dan lain sebagainya.
- Refleksi
Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya.
- Penilaian nyata
Penilaian nyata (authentic assesement) adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian ini diperlukan untuk mengetahui apakah siswa benar-benar belajar atau tidak.apakah pengetahuan belajar siswa mempunyai pengaruh yang positif terhadap perkembangan baik intelektual maupun mental siswa.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Jean Piaget (1896-1980), mengatakan bahwa anak dapat membangun secara aktif dunia kognitif mereka sendiri. Teori Jean Piaget tentang perkembangan kognitif memberikan batasan kembali tentang kecerdasan, pengetahuan dan hubungan anak didik dengan lingkungannya. Seorang guru diharuskan memiliki kompetensi bidang kognitif. Artinya seorang guru harus memiliki kemampuan intelektual, seperti penguasaan materi pelajaran, pengetahuan mengenai cara mengajar, pengetahuan cara menilai siswa dan sebagainya.
Jean Piaget dikenal dengan teori perkembangan intelektual yg menyeluruh, yg mencerminkan adanya kekuatan antara fungsi biologi & psikologis. Bayi lahir dengan refleks bawaan, skema dimodifikasi dan digabungkan untuk membentuk tingkah laku yang lebih kompleks. Pada masa kanak-kanak, anak belum mempunyai konsepsi tentang objek yang tetap. Ia hanya dapat mengetahui hal-hal yang ditangkap dengan indranya. Anak telah dapat mengetahui symbol-simbol matematis, tetapi belum dapat menghadapi hal-hal yang abstrak (tak berwujud).
Piaget membagi perkembangan kognitif anak ke dalam 4 tahap utama yang berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahan usia, yaitu tahap sensorimotor, tahap praoperasional, tahap operasional konkrit, tahap operasional formal. Proses-proses penting selama tahap operasional konkrit adalah pengurutan klasifikasi, decentering, reversibility, konservasi, dan penghilangan sifat egosentrisme.
Teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses yang terjadi dalam akal pikiran manusia. Seperti juga diungkapkan oleh Winkel (1996: 53) bahwa “Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif dan berbekas”. Yang termasuk teori belajar kognitif adalah:
Teori kognitif adalah teori yang umumnya dikaitkan dengan proses belajar. Kognisi adalah kemampuan psikis atau mental manusia yang berupa mengamati, melihat, menyangka, memperhatikan, menduga dan menilai. Dengan kata lain, kognisi menunjuk pada konsep tentang pengenalan. Teori kognitif menyatakan bahwa proses belajar terjadi karena ada variabel penghalang pada aspek-aspek kognisi seseorang (Mulyati, 2005).
Contetextual teaching and learning (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. CTL sebagai suatu pendekatan pembelajaran memiliki 7 asas yaitu konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, penilaian nyata.
DAFTAR PUSTAKA
Anita Woolfolk, Educational Psychology, Active Learning Edition, Bagian Pertama, Edisi Bahasa Indonesia. (Yogyakarta : Pustaka Pelajar : 2009) hlm. 49-50 Santrock, op. cit., hlm 38-44 Jamaris. Op. Cit., hlm. 37
Anita Woolfolk. Educational Psychology. Edisi Bahasa Indonesia. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009) hlm. 51
Margaret E. Bell Gredler, Belajar dan Membelajarkan, CV Rajawali Universitas Terbuka, 1991
Suarno 2011. Psikologi kognitif. Tersedia pada http ; Suarno.wordpress.com/…/Psikologi Kognitif dalam Pembelajaran
Tugino Thok, 2011. Pendekatan Konstruktivisme dalam Pembelajaran. Tersedia pada http ; tugino230171.wordpress.com/…/pendekatan-konstruktivisme-dalam-pembelajaran
kumpulan makalah elektro
0 Response to "MAKALAH PENERAPAN BELAJAR DALAM KONTEKS PEMBELAJARAN KOGNITIF"
Post a Comment